Menabung Sejak Kecil

Judul : Menabung Sejak Kecil

Cerita Menabung Sejak Kecil menceritakan tokoh Aiman yang suka menabung sejak dia masih kecil karena dia sudah di biasakan oleh ibunya untuk menyisihkan uang saku.

Karena Aiman menyisihkan uang sakunya dan di tabung ia bisa membeli tas, sepatu, baju, dan sepeda baru tanpa ia meminta kepada ibunya.

Cerita ini menginapirasiku untuk menjadi orang yang suka menabung dan tidak boros agar saya dapat membeli barang yang ku inginkan tanpa meminta kepada orang tua, dan menggunakan hasil uang yang telah ku tabung.

Devotion

”Beberapa waktu kemudian Allah menguji kesetiaan Abraham. Allah memanggil, “Abraham!” Lalu Abraham menjawab, “Ya, Tuhan.” Kata Allah, “Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang tunggal, yang sangat kaukasihi. Di situ, di sebuah gunung yang akan Kutunjukkan kepadamu, persembahkanlah anakmu sebagai kurban bakaran kepada-Ku.”“
‭‭Kejadian‬ ‭22‬:‭1‬-‭2‬ ‭BIMK‬‬

inspirasi yang saya dapat: memiliki pengabdian, kesetiaan dan pedoman hidup kepada Tuhan, hingga rela mengorbankan sebagian dari hidupnya

Lupus “Topi Topi Centil “

“Lupus: Topi-Topi Centil” adalah film yang dirilis pada tahun 1989 dan merupakan bagian dari seri film Lupus. Film ini disutradarai oleh Edi Siswanto dan berdurasi 97 menit. Dalam film ini, Lupus diperankan oleh Hilman Hariwijaya, yang juga merupakan penulis dari seri buku Lupus. Film ini menggambarkan dunia remaja, termasuk kehidupan di sekolah, di rumah, dan pacaran dengan Poppy, yang diperankan oleh Ita Purnamasari.

Selain itu, “Topi-Topi Centil” juga merupakan buku ke-5 dalam seri Lupus yang ditulis oleh Hilman Hariwijaya dan diterbitkan pertama kali pada bulan Maret 1988. Buku ini terdiri dari 10 cerita lepas, dengan ilustrasi yang dibuat oleh Wedha. Beberapa cerita dalam buku ini termasuk “Topi-Topi Centil”, “Lupus Sakit”, “Ayam-ayam Arisan”, dan “Hari Paling Sial dalam Hidup Nyit-nyit”.

Film dan buku ini berhasil menangkap esensi dari kehidupan remaja dan menjadi bagian penting dari budaya pop Indonesia pada periode tersebut.

Film “Lupus: Topi-Topi Centil” memang identik dengan masa remaja. Film ini mengisahkan tentang kehidupan seorang remaja bernama Lupus baik di sekolah maupun di rumah. Lupus, yang diperankan oleh penulis seri Lupus sendiri, Hilman Hariwijaya, memiliki pacar bernama Poppy yang diperankan oleh Ita Purnamasari.

Kesan umum dari film ini adalah ceria, sedikit liar, tetapi tetap terkendali. Film ini berhasil menggambarkan dunia remaja yang penuh warna dan dinamis. Meskipun Lupus tampaknya tidak jelas apa yang dilakukannya, kecuali sibuk mengurusi ayamnya, namun hal tersebut justru menambah keunikan dan keaslian dari karakter Lupus itu skenanga

Film ini menjadi nostalgia bagi banyak orang, terutama mereka yang tumbuh besar di era 1990-an. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga membawa penonton kembali ke masa remaja yang penuh kenangan.

Inspirasi yang saya dapatkan adalah untuk ingin juga kembali ke masa remaja. 

Judul: Sang Presiden Murah Hati

Judul: Sang Presiden Murah Hati

Menceritakan seorang presiden dari Uruguay, dia adalah Jose Mujica. Semua orang mengenalnya sebagai presiden termiskin yang pernah ada sepanjang sejarah.

 

Namun, sebenarnya dia mampu membeli semua yang dia inginkan. hanya saja, dia memberikan uang gajinya sekitar 90% untuk amal, orang membutuhkan, korban bencana dll. sungguh murah hati sang presiden.

 

Jika kalian membayangkan, kalau sang presiden tinggal di istana yang mewah, dan memiliki mobil sport, maka kalian salah besar. Dirinya hanya tinggal di sebuah rumah dipinggir jalan, dan hanya ditemani mobil volkswagen beetle kuno.

Inspirasi yang kudapatkan:

Kita sebagai manusia, harus memiliki sifat yang rendah hati, murah hati, dan mau berbagi kepada siapa saja. Sekaya apapun diri kita, kita hanyalah manusia yang saling membutuhkan. Kalau kita kaya, dan berkecukupan, namun orang lain kesusahan. Itu sia-sia!!! Bodoh jika kita tak mau berbagi. 

 

Realita Pahit Kehidupan yang Tercermin dalam Novel “Keluarga Cemara”

Realita Pahit Kehidupan yang Tercermin dalam Novel “Keluarga Cemara”

Arswendo Atmowiloto, seorang penulis dan wartawan aktif asal Solo yang sepanjang karirnya berhasil menciptakan karya-karya yang pada akhirnya menginspirasi banyak orang. Pria yang lahir pada 26 November 1948 ini dikenal atas novel-novelnya karena mengangkat permasalahan yang dianggap dekat dengan masyarakat. Namun, isu yang paling sering diangkat adalah problematika keluarga yang senantiasa melengkapi realita kehidupan. Dalam novel-novelnya, Arswendo kerap menggambarkan kebobrokan keluarga dengan berbagai rintangannya dan dibungkus dengan bahasa yang familiar namun puitis sehingga pembaca dapat memahami dan merasakan emosi dari karya-karyanya. Salah satu novelnya yang paling terkenal berjudul “Keluarga Cemara” dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1981 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Novel Keluarga Cemara mengisahkan lika-liku kehidupan dalam keluarga Abah yang awalnya merupakan keluarga pengusaha berkecukupan dan tinggal di ibukota. Sayangnya, masa kejayaan itu tidak berlangsung selamanya karena Abah dan keluarganya harus berhadapan dengan konflik ekonomi sehingga Abah harus menjual dan merelakan semua harta bendanya untuk ganti rugi. Lebih sedihnya, bahkan tidak semua anggota keluarga sempat merasakan kejayaan itu, hanya Abah, Ema, dan Euis yang merasakannya sedangkan Ara dan Agil hanya dapat membayangkan. Hidup mereka berubah 180 derajat. Sekarang mereka harus merintis kehidupan mereka dari awal, sembari menanti harapan akan datangnya masa kejayaan mereka yang telah terampas. Kendati demikian, keluarga mereka masih tetap bersatu dan menjaga satu sama lain. Abah menjadi tukang becak, lalu untuk membantu ekonomi, Ema berjualan opak dibantu oleh Euis yang paham betul kondisi keluarganya sekarang. Ara, meskipun dibayang-bayangi harapan untuk merasakan hidup berkecukupan, tetap mau mengerti keadaan keluarganya.

Hal yang membuat novel ini sangat terkenal adalah fakta bahwa penulis dapat dengan jelas menggambarkan secara bersamaan konflik dalam dunia kerja yang berbuntut menjadi masalah keluarga. Selama membaca, kita akan terlarut dalam simpati dan empati untuk keluarga mereka. Terutama mengetahui bahwa Euis, Ara, Agil bahkan harus mau meredam keinginan mereka karena hampir mustahil terpenuhi. Bukannya mendapat yang diinginkan, justru mereka harus rela melupakan semua itu dan fokus memulihkan kondisi ekonomi keluarga mereka. Sayangnya, realita pahit ini kerap terjadi di Indonesia. Masih banyak keluarga yang seharusnya dapat menjadi keluarga yang harmonis justru jatuh ke dalam jurang masalah dan kemiskinan. Lebih lagi, banyak dari kasus tersebut yang berujung pada perpecahan keluarga alih-alih bersatu untuk membalikkan keadaan.

Novel ini menjadi inspirasi untuk banyak orang bahwa ketika kita jatuh dalam sebuah masalah, jangan jadikan hal tersebut sebagai alasan untuk mengeluh atau bahkan menyerah. Setiap masalah pasti mempunyai solusinya masing-masing, jadi tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti sebelum menemukan solusi tersebut. Terkadang masalah adalah awal menuju hidup yang lebih baik dan lebih bahagia. Dalam hal keluarga, jika ada masalah, tidak seharusnya kita saling menyalahkan. Menyalahkan sama saja tidak bertanggungjawab atas masalah yang seharusnya ditanggung bersama. Sebagai keluarga, kita seharusnya bisa menjadi pemersatu, bersama-sama dalam keharmonisan, mencari solusi bersama atas masalah yang ditanggung bersama, sehingga tercipta keluarga yang sempurna.    

Perjuangan Anak Cacat untuk mencapai Cita-Cita

Perjuangan Anak Cacat untuk mencapai Cita-Cita

Pada kali ini terdapat sebuah buku yang dapat menginspirasi para pembacanya. Judul buku ini adalah Menggores Cita-cita. Penulis buku ini adalah Zainal Aibidin. Buku ini mungkin cukup asing, namun buku ini sangat bagus karena isinya mudah dipahami dan banyak sekali inspirasi yang bisa kita dapatkan. Diterbitkan oleh Deepublish dan tahun terbitnya 2019. Buku ini juga memiliki halaman yang tidak terlalu banyak yaitu 48 halaman.

Isi dari buku ini tentang seorang anak yang bernama Surya Mahardika anak cacat yang sempat berhenti sekolah dari SDLB. Surya menjalani hidupnya dengan penuh lika-liku. Surya sering mendapat cemoohan atau ejekan dari teman kelasnya. Tidak hanya temannya tetapi adiknya juga. Nama adiknya adalah Darma anak yang sangat nakal dan tidak pernah membantu orang tuanya. Darma juga sering bolos sekolah dengan alasan sakit, padahk rumahnya satu atap dengan sekolahnya. Darma sering mengejek kakanya dengan jata yang menyakitkan. Tetapi surya tidak mendengarkannya dan membiarkannya berlalu, karena jika diteruskan mungkin masa yang dulu bisa terulang dimana Darma dipukul ayah saat mengejekku. Walau begitu ia masih mempunya ibu dan ayah yang masih menyayanginya. Ia juga mempunyai sahabat dekat yaitu Bania dan Pascal. Suraya anak yang rajin, ia sering membantu ayahnya untuk membersihkan sekolah dan membantu ibunya menyiapkan dagangannya. Ia juga rajin dalam belajar. Dia tetap bersekolah walaupun keadaanya cacat dari lahir. Ia bersekolah dengan diantar ayahnya dengan sepeda karena tudak bisa berjalan. Disekolah Surya sangat pintar dan selalu mendapat peringkat kelas. Ia juga sering mengikuti lomba-lomba. Keadaan itu seketika berubah saat Ayahnya meninggal. Ibunya tidak bekerja dan Surya memutuskan untuk berhenti sekolah, serta membiarkan Darma yang bersekolah saja. Karena tidak ada lagi yang beli bahan dagangan ke pasar selain ayah. Mereka juga tidak ada semangat hidup karena kehilangan seseorang yang paling disayang. Suatu saat Surya mendapat bantuan dari ayah temannya yaitu Bania dan akhirnya ia bisa sekolah kembali. Bukan itu saja ibunya juga dapat berjualan lagi setelah kematian ayahnya. Mereka semua bangkit kembali untuk menjalani kehidupannya.

Menurut saya buku ini sangatlah menginspirasi para pembacanya. Dengan alurnya yang mudah dipahami dan konflik yang tidak terlalu berat membuat kita mudah untuk menemukan hikmah dibalik ceritanya. Kita diajarkan untuk terguh pada diri kita dan jangan mendengarkan perkataan orang lain. Seperti Surya yang sering sekali diejek oleh teman, bahkan adiknya sendiri. Hinaan itu sungguh menyakitkan, tetapi Surya tidak terpengaruh dan mengabaikan hal itu. Tidak hanya itu saja, kita diajarkan juga untuk terus berusaha dalam keadaan apapun. Surya seorang anak yang cacat, walaupun begitu ia tetap mau berlatih berjalan walau tidak terlalu berhasil. Ia tetap mau bersekolah dengan sangat giat demi mencapai cita-citanya. Surya juga anak yang sangat patuh pada orang tuanya dan sering membantu orang tuanya berjualan dan membersihkan sekolah. Dari hal ini kita harus terus sayang dan menghormati orang tua kita karena umur tidak ada yang tahu. Jadi kesimpulanya adalah kita harus terus berjuang dalam keadaan apapun untuk mencapai cita cita yang kita inginkan dan jangan pernah mendengarkan perkataan buruk dari orang lain tentang kita.