Semangat dan Pantang Menyerah Merupakan Kunci Keberhasilan

 

Stephen Hawking lahir pada 8 Januari 1942 di Kota St. Alban, London, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Meskipun memiliki kecerdasan yang luar biasa, saat kecil, ia dikenal sebagai murid yang malas. Semua itu berubah ketika ia bertemu dengan Dikran Tahta, seorang guru matematika yang mampu membuat pelajaran matematika yang membosankan menjadi menyenangkan.

Kisah Stephen Hawking sama seperti pengalaman saya dalam hal cara berpikir. Saya cenderung sebagai seorang pemalas, selalu belajar di waktu menjelang ulangan. Sejak saya pindah ke SMP MM awalnya saya keberatan dengan sistem pembelajarannya, banyak tugas, soal-soal yang banyak dan sulit. Sampai pada penerimaan rapor, saya terkejut dan kecewa pada diri sendiri mendapat nilai jelek. 

Saya mendapatkan banyak nasihat dari orang tua untuk terus berusaha dan tidak menyerah. Saat awal sekolah pasti butuh penyesuaian di tempat yang baru, yang penting tetap berusaha dan semangat. Sejak itu saya tidak menunda-nunda belajar dan banyak mengerjakan latihan-latihan. 

Dalam kisah Stephen Hawking, meskipun ia mengidap penyakit ALS yang dapat melemahkan otot dan merusak fungsi otak. Ia tidak menyerah dalam hidupnya meskipun ia duduk di atas kursi roda, ia terus mengabdikan dirinya pada ilmu pengetahuan dan menghasilkan banyak karya penting, salah satunya adalah Teori Big Bang.

Pengalaman yang saya alami hampir sama dengan kisah Stephen Hawking bahwa tetap semangat dan pantang menyerah merupakan kunci keberhasilan.