Di pagi hari yang cerah, aku terbangun dari tidurku karena mendengar ayam peliharaanku berkokok. Aku pun segera bangun dan beranjak dari tempat tidurku untuk mengambil segelas air minum di dapur. Saat aku ingin menuju ke dapur, aku melihat dan mendengar anjing peliharaanku menggonggong ke arah kamar belajarku yang pintunya sudah terbuka. Anjing ku menggonggong ke arah meja belajarku. Aku pun melihat ke arah meja belajarku dan alangkah terkejutnya aku melihat buku-bukuku yang kemarin malam sudah aku rapihkan sekarang sudah jatuh berserakan di lantai. Saat aku ingin merapikan buku-buku ku, aku melihat ada salah satu buku yang terdapat tulisan di halaman paling belakang. Tulisan tersebut tertulis dengan tinta berwarna merah.
Aku hanya melihat sekejap mata karena tiba-tiba mamah memanggilku, “Alicia, kenapa kok kamu disini pagi-pagi, ada tugas yang belum kamu kerjain ya?’’
Aku pun menjawab, “Engga mah, semua tugas udah Alicia kerjain. Alicia tadi kesini gara-gara tadi Molly berisik banget gonggongin kamar belajarku, Alicia kan kaget terus bingung kok bisa ya pintu kamar belajar Alicia bisa kebuka padahal kemarin malem udah Alicia tutup rapat.’’
Mamahku pun menjawab dengan heran, ‘‘Mungkin aja itu gara-gara ada angin yang kencang, udahlah ayo bantu mamah bikin makanan untuk sarapan.’’
Aku pun hanya diam terheran-heran, karena mana mungkin ada angin yang dapat membuka pintu kamar belajar ku yang tertutup dengan rapat dan menjatuhkan buku ku, karena buku ku sangat berat dan sudah ku taruh dengan rapih diatas meja belajarku. Sekitar pukul satu siang aku terbangun dari tidur siang ku, karena aku mulai penasaran kembali dengan buku ku yang terdapat tulisan dengan tinta merah tersebut. Aku berjalan menuju ke kamar belajar ku dan membuka halaman belakang buku ku. Tulisan tersebut ternyata berisi bahasa asing yang tidak ku kenali. Karena aku penasaran dengan arti kata tersebut, aku membawa buku ku dan menanyakan kepada orang tua ku mengenai arti dari tulisan dengan bahasa asing tersebut.
Alangkah terkejutnya, orang tua ku berkata kepada ku, ‘‘Tulisan? Kamu lagi ngigau ya? Gak ada satu pun tulisan disitu Alicia.’’
Aku menjawab dengan terheran-heran, ‘‘Itu tulisan pake bahasa asing di halaman belakang buku ku.’’
Orang tua ku menjawab dengan sedikit tertawa, ‘‘Udahlah Alicia, gak ada satu pun tulisan di situ, mending kamu balik tidur siang aja sana.’’
Aku sedikit kesal karena orang tua ku tidak mau melihat lebih teliti lagi, padahal aku sangat yakin disitu pasti terdapat tulisan dengan bahasa asing itu. Aku kembali pergi ke kamar tidur ku untuk tidur siang dengan perasaan khawatir bercampur dengan penasaran saat mengingat tentang tulisan tersebut. Tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara yang sangat keras. Suara itu seperti mengarahkanku untuk pergi ke arah buku ku, saat aku membuka halaman belakang buku ku ternyata sudah terdapat tulisan baru lagi dengan bahasa yang dapat ku kenali sekarang.
Tulisan itu masih menggunakan tinta berwarna merah, isi tulisan itu menyuruh ku untuk pergi ke sebuah rumah tua yang berada cukup jauh dari rumah ku. Karena aku penasaran, aku ingin pergi ke rumah tua itu untuk mencari tau tentang maksud tulisan yang ada di buku ku. Aku menyiapkan segala keperluan ku seperti makanan, minuman, senter, dan buku ku yang terdapat tulisan di halaman belakangnya karena aku tau pasti aku akan melewati perjalanan yang sangat panjang.
Di keesokan hari nya pukul delapan pagi, aku sudah bertekad untuk pergi ke rumah tua itu, aku meminta ijin dari orang tua ku dengan alasan ingin kerja kelompok di rumah teman ku yang bernama Feli karena dari rumah nya hanya sekitar seratus meter untuk jalan kaki ke rumah tua itu.
‘‘Mah, Pah, Alicia ijin pergi ke kerumah Feli buat kerja kelompok ya!’’ Ucapku sambil berteriak di depan pagar rumah.
‘‘Iya Alicia, jangan pulang kesorean ya!’’ Jawab orang tua ku sambil berteriak dari dalam rumah.
Aku pergi menggunakan ojek online. Sesampainya di rumah Feli, aku melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke rumah tua itu. Setelah melewati perjalanan yang panjang, aku akhirnya sampai di rumah tua itu. Dinding rumah itu terbuat dari kayu seperti model rumah adat joglo.
Saat aku mulai masuk ke rumah tua itu, aku merasakan hawa-hawa menyeramkan yang membuat bulu kudukku berdiri. Rumah itu sangat gelap dan dingin, aku seperti merasakan ada orang yang meniup dan berbisik pelan di telingaku. Tiba-tiba pandanganku kabur dan perlahan menjadi gelap. Aku terbangun di sebuah goa yang sangat gelap, lembab dan dingin. Aku bangun dan berjalan untuk melihat sekitar dengan membawa senter, aku melihat sebuah cahaya yang sangat terang. Aku berjalan menuju ke arah cahaya itu, ternyata itu adalah jalan keluar dari goa tersebut. Aku berjalan keluar dengan sedikit takut, karena aku tidak tahu sekarang aku sedang berada dimana.
Aku berjalan sekitar 15 menit dan aku mulai kelelahan, aku memutuskan untuk memakan bekal yang sudah ku siapkan. Seusai aku mengisi energi ku, aku melanjutkan perjalananku. Setelah berjalan 10 menit, aku sampai di sebuah kota yang sangat asing bagi ku. Dibandingkan dengan kehidupan di kota ku yang sekarang, kota tersebut jauh lebih canggih dan modern. Kendaraan-kendaraan yang ada di kota itu sangat menakjubkan, kendaraan-kendaraan tersebut seperti gelembung yang dapat berjalan. Dan aku melihat di kota tersebut terdapat kendaraan motor yang seperti di gantikan dengan sapu lidi yang dapat terbang dan melaju dengan kencang. Aku berjalan menuju ke arah salah satu restoran yang ada di situ, setelah itu aku memesan teh.
‘‘Emm… Kak, saya boleh liat daftar menu nya? Saya mau pesan minuman.” Tanyaku kepada pelayan yang ada di kasir.
‘‘Ya. ” Jawab pelayan tersebut kepadaku dengan cuek.
Tetapi aneh nya tidak ada orang lain yang ada di restoran itu. Aku menunggu sekitar 5 menit, kemudian pesananku datang dan aku mencoba teh itu. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari rasa teh tersebut, namun yang membuatku heran adalah nama teh tersebut yang ada di daftar menu. Nama teh tersebut adalah ‘‘Teh Mizo’’ menurut sepengetahuan ku, itu adalah nama teh yang terdapat suatu sihir disuatu cerita yang ada buku yang pernah ku baca. Setelah aku selesai menghabiskan teh ku, aku membayar dan melanjutkan mencari ada apa saja di kota ini. Tiba tiba aku mendengar suara yang sangat keras seperti kemarin siang, suara itu seperti berasal dari buku ku yang menandakan akan ada tulisan baru yang ada di halaman paling belakang.
Setelah aku membuka dan melihat di halaman paling belakang buku ku, ternyata benar sudah terdapat tulisan baru lagi, namun kali ini terdapat sebuah peta kecil. Tulisan tersebut menyuruhku untuk pergi ke sebuah pabrik tua. Aku pun segera berjalan ke arah pabrik tua itu sesuai dengan arahan peta kecil yang ada di buku ku. Aku ingin pergi ke arah pabrik tua itu menggunakan sebuah bis, namun aku tidak tau dimana telak halte terdekat yang ada di kota misterius ini. Tiba-tiba ada sebuah suara yang sangat kencang kembali. Aku segera membuka tas ku dan mengambil buku ku. Ternyata sudah ada sebuah petunjuk tentang letak-letak halte yang ada di kota misterius ini. Aku segera menuju ke halte yang terdekat dari posisi ku.
Sesampainya di halte tersebut, aku segera masuk ke bis yang sudah menunggu para penumpang. Di pertengahan jalan, aku tersadar bahwa aku tidak ada cukup uang lagi untuk membayar supir bis. Maka dengan berat hati, aku meminta supir bis tersebut berhenti dan menurunkan ku di pinggir jalan, karena sudah sekitar 5 menit lagi aku sudah akan sampai di pabrik tua itu.
Aku pun berkata kepada supir bis tersebut, ‘‘Pak, saya minta tolong turunkan saya disini saja ya pak.’’
Aku berjalan kaki menuju ke pabrik tua tersebut sambil membaca peta di buku ku. Sesampainya di pabrik tua itu, aku melihat seorang laki-laki yang memakai jubah hitam dan sepertinya dia seumuran denganku. Aku pun segera masuk ke dalam dan mengajak berkenalan dengan laki-laki itu.
‘‘Eeee… Hai, nama kamu siapa? Kenalin nama aku Alicia,” tanyaku kepada laki-laki yang ada di pabrik itu.
‘‘Hm? Oh… Hai, kenalin namaku Steven, kamu kenapa kok ada disini?’’ Jawab laki-laki tersebut sambil membalikkan badannya.
Aku pun menceritakan mengapa aku berada disini kepada Steven. Tak ku sangka, ternyata dia adalah laki-laki yang sangat baik hati dan ramah. Namanya Steven, dia berumur 16 tahun… Ohh ternyata dia satu tahun lebih tua di bandingkan denganku. Setelah berkenalan, aku pun bertanya tentang asal diri nya dan mengapa dia ada di pabrik tua ini, sebaliknya Steven juga menanyakan balik tentang hal tersebut.
Ternyata Steven adalah warga dari kota misterius ini, Ia berada disini karena ingin menyelidiki mengapa pabrik ini di tinggalkan dan menjadi pabrik tua terbengkalai seperti ini. Aku pun bertanya tentang kota misterius ini, ternyata nama dari kota misterius ini adalah ‘‘Kota Ottery.’’ Steven menjelaskan bahwa kota ini adalah kota sihir yang dahulunya adalah desa yang sangat tentram dan rukun, namun ada salah satu nenek moyangnya yang bernama Belle Potter datang dan mengubah total kehidupan di desa yang sekarang menjadi kota sihir yang sangat menakjubkan dan canggih. Steven bertanya kepadaku tentang asal ku dan mengapa aku berada di pabrik tua ini, aku pun menjelaskan apa yang aku alami selama ini. Steven pun hanya terdiam dan memberitahu hal yang sebenarnya, Ia berkata bahwa sebenarnya ada salah satu misteri di kota sihir ini. Misteri tersebut adalah tentang empat batu sihir yang tersembunyi di kota sihir ini, batu sihir itu dapat berguna untuk membuka portal untuk menuju ke dunia tempat tinggalku yang sebenarnya.
Aku hanya terdiam dan berkata dalam hati, ‘‘Kok Steven bisa tau dunia tempat tinggal asliku ya…?’’
Steven pun lanjut bercerita perihal portal tersebut, ternyata portal tersebut berada tepat di bawah pabrik tua ini. Setelah aku mendengarkan cerita tentang portal tersebut, aku pun meminta bantuan Steven agar dapat membantuku kembali ke dunia asli ku dengan cara mencari empat batu sihir tersebut.
‘‘Emm… Steven, aku boleh minta tolong sama kamu ga buat bantuin aku nyari 4 batu sihir itu? Aku pingin balik ke dunia asliku, aku takut papah dan mamah aku nyariin aku karena ga pulang-pulang.” Tanya ku dengan sedikit ragu-ragu kepada Steven.
Steven pun menjawab dengan santai, ‘‘Boleh dong, sebenernya aku memang punya keinginan buat bantu orang untuk mencari empat batu sihir tersebut. Karena aku tahu perjalanan untuk mencari batu sihir tersebut sangat panjang namun seru.’’
‘‘Terimakasih ya… Kamu orang yang sangat baik, aku akan membalas kebaikanmu di suatu hari nanti.’’ Jawabku.
Tiba-tiba buku ku kembali berbunyi dengan sangat keras. Saat aku membuka buku ku, aku mendapati bahwa buku ku sudah terdapat tulisan baru lagi. Tulisan tersebut adalah mengenai empat batu sihir yang diceritakan oleh Steven. Tiba-tiba muncul kembali sebuah gambar yang menunjukkan dimana letak-letak keempat batu sihir tersebut. Karena aku tidak paham mengenai letak-letak tempat di kota ini, aku memberikan buku ku kepada Steven. Steven pun memahami letak keempat batu sihir tersebut.
Setelah Steven memahami letak dari keempat batu sihir tersebut, Steven pun mengajak ku untuk pergi ke rumah neneknya terlebih dahulu. Aku pun bertanya kepada Steven mengapa kita harus pergi ke rumah neneknya terlebih dahulu sebelum pergi untuk mencari keempat batu sihir tersebut.
‘‘Steven, kok kita harus ke rumah nenek kamu dulu?’’ Tanya ku kepada Steven.
Steven pun menjawab pertanyaan ku, ‘‘Nenek ku tau lebih dalam mengenai batu sihir itu. Aku ingin menanyakan tentang keempat batu sihir itu, kemudian aku meminta izin untuk mencari batu sihir itu dan membuka portal menuju dunia aslimu.’’
Kemudian aku dan Steven menuju ke rumah nenek Steven dengan menggunakan sapu lidi yang dapat terbang dan melaju dengan kencang. Selama perjalanan aku hanya diam sambil terpesona melihat indahnya kota sihir ini. Aku pun mulai mengajak Steven berbicara karena sudah mulai bosan.
‘‘Steven, kalo misalnya aku gabisa pulang dari sini gimana ya? Apa aku bakal terjebak disini selamanya? Tanya ku kepada Steven.
Steven pun menjawab pertanyaanku, ‘‘Jangan pikirkan hal yang tidak-tidak Alicia, aku yakin kamu akan kembali ke dunia asli mu dengan selamat.’’
Sesampainya di rumah nenek Steven, aku dan Steven segera masuk dan bertemu dengan nenek Steven. Kemudian Steven memperkenalkan ku kepada nenek nya.
‘‘Nek, kenalin ini Alicia. Dia teman baru ku.’’ Kata Steven kepada neneknya.
Nenek Steven pun menjawab perkataan Steven, ‘‘Halo Alicia, perkenalkan nama saya Anna. Kamu bisa panggil saya Nenek Anna.’’
‘‘Iya Nek.’’ Jawabku kepada nenek Anna.
Kemudian Steven bercerita kepada nenek Anna tentang alasan dia mengajak aku pergi ke rumah nenek Anna. Setelah menceritakan tentang asal tempat tinggalku dan alasan mengapa aku berada disini, nenek Anna mengajak Steven untuk pergi ke kamar nenek Anna terlebih dahulu. Setelah selesai dari kamar nenek Anna, lalu Steven pamit dan meminta izin untuk membantu ku pergi mencari keempat batu sihir tersebut.
‘‘Nek, Steven sama Alicia izin pergi nyari batu sihir nya ya. Do’ain Steven bisa bantuin Alicia balik ke dunia aslinya.’’ Kata Steven kepada Nenek Anna.
‘‘Iya Steven, bantuin Alicia kembali ke dunia aslinya ya. Semangat !!!’’ Jawab nenek Anna.
Aku dan Steven pun segera bergegas untuk mencari keempat batu sihir tersebut. Saat perjalanan aku mengajak berbicara kepada Steven.
‘‘Sekali lagi terimakasih ya Steven, kamu sudah mau bantuin aku kembali ke dunia asliku dengan membantu mencari keempat batu sihir itu. Walaupun sebenarnya kita belum pernah bertemu sebelumnya, namun kamu tetap mau membantuku. Maaf karena aku telah merepotkan mu…’’ Aku pun mengatakan hal tersebut kepada Steven dengan sedikit terharu.
‘‘Hei… Untuk apa kamu berterimakasih? Aku yang seharusnya berterimakasih kepadamu, karena dengan aku membantu mu mencari keempat batu sihir itu. Aku akan memiliki pengalaman yang sangat menyenangkan dan menakjubkan. Tentang perihal mengapa aku ingin sekali membantu mu padahal sebelumnya kita belum pernah bertemu, itu karena kamu adalah satu-satunya orang yang mau mengajak ku berkenalan pertama kali nya seumur hidupku. Aku dari kecil tidak mempunyai teman atau mungkin apabila aku mempunyai teman pun hanya sedikit dan biasanya pertemanan ku tidak bertahan lama. Itulah mengapa aku juga sangat berterimakasih kepadamu Alicia, aku sangat bersyukur karena dapat berkenalan denganmu.’’ Jawab Steven.
Tanpa tersadar, saat aku sedang mendengar jawaban dari Steven. Aku meneteskan air mataku. Tiba-tiba saat aku ingin mengelap mataku, aku seperti mendengar suara seseorang yang tidak asing bagiku dari kejauhan. Saat aku ingin membuka mataku, ternyata semua kejadian yang selama ini aku alami itu adalah mimpi. Aku terbangun dari tidurku dengan keadaan menangis. Dan suara orang aku dengar dari mimpi ku itu adalah mamahku yang membangunkan ku dari tidur ku semalam.
-Tamat-