Ketulusan Tukang Parkir yang Menghangatkan Hati
Waktu itu, aku ikut ayahku untuk membayar pajak motor di mobil samsat keliling. Saat datang, kami disambut oleh kakek tukang parkir yang hanya memiliki satu tangan. Saat tukang parkir membantu ayah dengan susah payah aku sangat terharu.
Saat sedang menunggu, Aku mendengar suara orang yang memita-minta lalu aku menoleh untuk mencari suara itu. Saat menoleh aku melihat ada seorang ibu yang pakaian nya tampak lusuh dan kotor. Ternyata dia merupakan pengemis yang memita-minta kepada orang yang sedang antre. Saat melihat ibu itu pandanganku mengarah pada jari yang terdapat sebuah cincin emas. Aku berpikir apakah dirinya benar-benar kekurangan sehingga diharuskan untuk mengemis? Tiba-tiba, pengemis itu mendatangi kakek tukang parkir tadi dan meminta belas kasihan. Aku melihat kakek tukang parkir mengeluarkan uang sepuluh ribu, lalu memberikannya kepada ibu pengemis itu. Saat melihat itu hatiku terkejut melihat kebaikan kakek tukang parkir. Bagaimana bisa ibu pengemis itu meminta-minta kepada kakek tukang parkir yang sudah susah payah untuk bekerja dengan kondisi tangannya yang hanya satu? Herannya, kakek tukang parkir itu memberikan uang dengan ringan saja. Dia tidak ada ekspresi keberatan apapun. Sementara itu, ibu pengemis pergi tanpa mengucapkan terimakasih.
Hatiku jadi malu karena melihat kebaikan kakek tukang parkir. Saat aku didatangkan pengemis aku menggerutu untuk memberinya padahal diriku sehat serta tidak berkekurangan. Di sini, aku menemukan pelajaran, bahwa ketulusan kakek tukang parkir dan perbuatan ibu pengemis yang menghinakan diri dengan memanfaatkan kemiskinan untuk meminta minta