Astrid adalah seorang anak yang lahir dengan kondisi langka yang disebut Phocomelia. Kondisi ini menyebabkan tangan dan kaki Astrid lebih pendek dari seharusnya. Astrid mengalami banyak kesulitan akibat kondisinya ini. Walaupun begitu, orang tua Astrid menyayanginya dengan sepenuh hati. Mereka membesarkan Astrid dengan penuh kasih saying dan perhatian.

            Lahir dengan Phocomelia menyebabkan Astrid kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi fisiknya tidak memungkinkannya untuk beraktivitas dengan normal seperti orang-orang pada umumnya. Ia sering kali diejek dan dihina karena kekurangannya. Tentu saja Astrid merasa sedih dengan berbagai hinaan yang ia terima, maka ia bertekat untuk membuktikan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang lebih.

            Astrid kemudian mulai belajar untuk melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari dengan metode yang bermacam-macam. Ia mulai belajar untuk bergerak dengan menggulingkan badannya, ia juga belajar untuk melepaskan bajunya sendiri. Suatu hari Astrid belajar untuk memegang dang menggunakan pensil dengan mulutnya. Ia berlatih keras untuk menulis dan ia berhasil menuslis namanya sendiri. Keberhasilannya kemudian menyadarkannya bahwa mulutnya dapat berfungsi dengan baik dan ia bisa saja menghasilkan sesuatu dengannya. Maka Astrid mulai belajar melukis dengan mulutnya.

            Melukis dengan mulut bukanlah hal yang mudah. Ia cepat lelah dan sulit untuk mengontrol arah sapuan kuas. Namun Astrid tidak menyerah dan terus berusaha keras. Astrid mulai memamerkan karya lukisnya setelah menginjak usia remaja. Ia juga mulai aktif berpartisipasi dalam komunitas kesenian dan mendapat respon positif akan karyanya.

            Banyak orang yang tertarik dengan lukisan-lukisannya dan fakta bahwa ia melukisnya menggunakan mulutnya. Mereka kagum akan kemampuan dan kegigihan Astrid. Kini lukisan-lukisannya telah banyak terjual laku dan Astrid berhasil membuktikan bahwa ia tetap dapat berkarya walaupun memiliki banyak kekurangan.