Murid Nakal
Di suatu sekolah menengah pertama yang berlokasi di Jawa Tengah tepatnya di Kota Semarang, terdapat seorang siswa yang terkenal sangat nakal. Siswa itu bernama Allen.
Allen merupakan salah satu siswa kelas 9E yang bisa dibilang cukup tampan. Tetapi hal itu tak akan mengubah fakta bahwa sikapnya yang sangat buruk itu mengakibatkan banyak murid menjauhinya. Allen sering sekali keluar masuk ruang BK, kalau dihitung-hitung mungkin bisa 3-4 kali dalam seminggu. Berbagai macam hal yang telah ia lakukan sudah sangat keterlaluan dan merugikan siswa atau siswi lainnya, mulai dari sengaja menyenggol para siswa/siswi ketika mereka sedang membawa semangkuk bakso yang dibelinya dari kantin sekolah itu, sampai menindas beberapa kelompok/geng siswa maupun siswi di sekolah itu. Para guru di sekolah itu sudah capek menasehati Allen, tetapi ia tetap melakukan hal itu lagi. Tak hanya itu, wali kelasnya pun sampai memanggil kedua orang tua Allen, tetapi cara itupun masih tak berhasil tuk mengubah Allen. Seribu cara dicoba oleh para guru untuk mengubah sikap Allen, tetapi itu semua sia-sia.
Sampai pada suatu hari, saat teriknya matahari muncul, yang biasanya hari berjalan dengan damai-damai saja, namun kali ini tidak. Terdapat suatu pertengkaran hebat antara Allen dan salah satu geng terkenal di sekolahnya yang mengakibatkan salah satu siswi yang sedang berusaha melerai pertengkaran itu pun patah tulang dibagian tangan akibat pukulan hebat yang sebenarnya diarahkan pada Allen, tetapi malah salah sasaran dan akhirnya mengenai siswi itu. Tuduhan-tuduhan palsu ditujukan pada Allen yang dimulai oleh salah satu siswa yang masuk didalam geng itu. Murid-murid disana pun terpengaruh dari kebohongan berita itu, dan hanya ikut-ikutan menyoraki dan terus menuduh Allen yang tidak bersalah itu. Anehnya, Allen hanya menatap anggota geng yang sekarang sedang berada di hadapannya, dan tidak mengatakan sepatah kata apapun.
Tentu saja Allen berakhir lagi di ruang BK, dan kedua orang tuanya kini berada di sebelah kanan Allen. Allen tau jika ia menceritakan semua kebenarannya, tak akan ada orang yang percaya padanya, jadi ia memutuskan hanya diam saja selama wali kelasnya melemparkan seribu pertanyaan padanya.
Hukuman yang diberikan kali ini cukup berat, ia harus menulis janji nya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi pada 5 lembar kertas folio dan ia pun di skors selama 1 minggu. Juga, wali kelasnya menyampaikan bahwa jika setelah masa skors itu berakhir dan ia tetap melakukan hal yang sama, maka dengan berat hati, kepala sekolah akan langsung mengeluarkannya surat pernyataan bahwa Allen dikeluarkan dari sekolah.
Allen melewati masa-masa skors-nya dengan santai, ia hanya perlu melakukan hal-hal yang sudah seharusnya ia lakukan pada saat masa skors. Sampai tiba waktunya saat Allen kembali masuk ke sekolahnya. Allen harus benar-benar menjaga sikapnya. Jika ia membuat keributan sekali lagi, ia benar-benar akan dikeluarkan dari sekolahnya.
Tapi, semua itu sama saja. Allen lagi-lagi membuat keributan di kantin sekolahnya. Ia baru saja menumpahkan semua bakso yang akan dijual oleh penjual kantin itu. Ibu penjual kantin terlihat sangat marah, dan akhirnya lapor kepada beberapa guru yang kebetulan sedang berada di dekat kantin.
Allen kali ini di ruang BK tidak hanya bersama wali kelasnya, tetapi juga bersama kepala sekolahnya. Ibu kepala sekolah itu hanya dapat menghela napasnya dan bertanya dengan hati-hati apa alasan Allen selama ini melakukan hal-hal tersebut.
Allen lagi-lagi terdiam. Ia tak mengucapkan sepatah katapun dan hanya menatap Ibu kepala sekolah itu. Ibu kepala sekolah pun hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, dan dengan pelan mengeluarkan surat peringatan yang akan beliau tulis pada saat itu juga.
Suara ketukan pintu dengan tempo yang cepat dan keras datang memecah keheningan di ruangan tersebut. Rupanya, itu berasal dari ketukan seorang siswi yang menjadi korban pertengkaran antara Allen dengan salah satu geng di sekolah pada saat itu. Dengan terengah-engah, siswi tersebut dengan cepat mengatakan bahwa Allen melakukan perbuatan itu semua untuk menyamatkan teman-temannya. Wali kelas Allen beserta ibu kepala sekolah tersebut tentu saja kaget mendengar pernyataan dari siswi itu, dan langsung bertanya kepadanya apa maksud dari semua itu.
Siswi tersebut menjelaskan semuanya kepada wali kelas Allen dan ibu kepala sekolah itu, mulai dari alasan Allen selalu menyenggol beberapa murid yang sedang makan bakso, atau yang sengaja menumpahkan semua dagangan bakso milik ibu kantin itu, yang ternyata sebenarnya bakso tersebut mengandung boraks, dan Allen tak disangka sangka sudah menyelamatkan banyak murid makan makanan berbahaya itu. Juga, tentang Allen yang selalu menindas kelompok atau geng-geng tertentu di sekolahnya, yang ternyata Allen membencinya karena setiap kali geng-geng tersebut menemui seorang pengemis atau pedagang kecil, mereka selalu mengejeknya, bahkan mengobrak-abrik barang dagangan pedagang-pedagang itu. Siswi tersebut adalah satu-satunya saksi mata yang melihat kejadian-kejadian itu secara tidak sengaja.
Setelah mendengar semua pengakuan dari siswi tersebut, wali kelas Allen dan Ibu kepala sekolah Allen kini mengerti, mengapa Allen melakukan itu selama ini. Ibu kepala sekolah itupun akhirnya memberi nasihat kepada Allen, bahwa yang ia perjuangkan untuk menyelamatkan teman-temannya serta membela mereka, orang-orang yang membutuhkan itu adalah sikap yang patut diberi apresiasi. Tetapi cara Allen menyampaikannya kepada teman-temannya itu salah, sehingga membuat teman-temannya salah paham. Allen berakhir dengan di cap sebagai anak yang nakal, dan mulai dijauhi oleh teman-temannya.
Setelah pengakuan tersebut, Allen akhirnya mau luluh juga dan mencoba menjelaskan alasan ia melakukan itu semua kepada teman-temannya, dibantu oleh siswi itu. Untungnya teman-teman Allen mau percaya, dan mau kembali berteman dengan Allen dengan syarat Allen tidak akan pernah mengulanginya lagi dan Allen hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada teman-temannya. Sejak saat itu, Allen kembali menjadi populer, tetapi kali ini berbeda. Ia menjadi populer karena ia telah menyelamatkan pada murid dari dagangan bakso ibu kantin yang mengandung bahan-bahan kimia itu, dan alasan-alasan lain yang tentu saja membuat beberapa teman-temannya terpana. Tentu saja itu juga atas bantuan siswi yang pernah menjadi korban Allen.
Ia telah banyak menceritakan kebaikan-kebaikan Allen. Tentu saja itu bukan semata-mata rumor, tetapi itu hal-hal yang benar-benar Allen lakukan selama ini. Allen pada suatu saat bertanya kepada siswi itu, mengapa ia mau membantunya. Siswi itupun menjawab, bahwa ia ketika sekilas melihat apa yang telah dilakukan Allen ini sedikit mengingatkannya pada R.A. Kartini dan juga Mother Teresa. R.A. Kartini memperjuangkan hak-hak wanita, dan ini sekilas memiliki kemiripan yaitu Allen yang begitu memperjuangkan agar teman-temannya selamat dan tidak memakan makanan berbahaya itu. Begitu pula dengan Mother Teresa yang selalu peduli pada mereka orang-orang kecil, Allen juga begitu peduli dengan orang-orang kecil, termasuk pedagang-pedagang di jalanan. Siswi itu mengaku sering meihat Allen membantu pedagang-pedagang itu berjualan. Allen merasa geli dan malu mendengar hal itu, dan mereka berdua pun saling melemparkan senyum tawanya. Kini kabarnya mereka berdua menjadi sahabat sejati dan berkuliah di universitas yang sama.
Maria Faustina Nathania IXC No. 17