My Diary

* isi di buku Diary*

Pengantar

Hai orang asing.. Terima kasih karena sudah menemukan buku misterius ku. Mungkin, atau pasti buku ini sudah berjamur seperti buku-buku nenekku. Dimana kau menemukan buku ini? Apakah buku diary ku juga ada bersama buku ini? Bagaimana kondisi rumahku sekarang? Tahun berapa sekarang? (maksudku saat sekarang kamu membaca). Mungkin aku hanya bisa mengetahuinya saat tubuhku sudah terkikis dan hanya menyisakan tulang. Tapi, setidaknya aku senang ada orang yang tertarik dengan cerita dan pemikiranku.

15 Maret 1896

Namaku… itu tidak penting untuk sekarang. Aku hidup di kota Bern, Swiss. Bisa dibilang, orang tuaku adalah orang yang berpengaruh di kotaku. Ayahku seorang pejabat di Bern, dan Ibuku adalah pengusaha coklat yang lumayan dikenal. Aku sering kali mengambil beberapa coklat di dapur hihi… Ayah dan Ibuku sangat mencintaiku, dan aku juga menyayangi mereka. Kecuali si bandel di keluargaku, Dorothy, a.k.a Dori. Dia adalah A D I K ku (mengetiknya saja sudah membuatku kesal). Pendapat kami selalu bertentangan, dan memang dialah orang bodoh yang sok benar di hadapanku. Tapi saat Ayah dan Ibu datang, sikap manjanya pun muncul. Ah!..cukup tentang Dori. Intinya di buku ini, aku ingin menuliskan pemikiran dan ceritaku ke depannya.

16 Maret 1896

Hari ini biasa saja. Aku ke sekolah seperti biasa, meskipun aku dihukum Guru Botak itu…lagi.. dan aku dihukum dengan kiamat a.k.a Marshall….lagi! Aku dihukum dengan anak yang sangaaaatttt jahil (aku benci mengakuinya tapi dia lebih jahil dibanding Dori). Kenapa aku dihukum? Ku beritahu kau, ini masalah sepele. Saat pelajaran, guru botak itu a.k.a Mr Brutch menunjukku untuk menjawab soal yang dirinya sendiri tidak tahu jawabannya! Jika dia tahu, kenapa dia menunjukku yang membenci angka angka di papan tulis. Tatapan sok sinis nya itu membuatku mual, lebih baik aku dikurung dengan mayat! Selain “penghukuman yang tragis” itu, aku pulang dengan kehujanan. KEHUJANAN! Itu kesempatan emasku untuk menghindari Mr. Botak dengan tidak ke sekolah. Tapi sialnya… Gagal. Tapi Dori berhasil dengan kelicikannya. Dia demam tinggi dan flu, DIA! BUKAN AKU.

17 Maret 1896

Apa yang terjadi hari ini? Tidak ada… Apa yang kamu lakukan hari ini? Seperti biasanya… Apakah kamu berhasil mencuri coklat hari ini? Tidak ada coklat di dapur. Hari ini betul-betul membosankan. Rasanya aku ingin tidur sepanjang hari, daripada mendengarkan ocehan Dori. Dia mendapat gaun baru dari Ibu temannya dalam rangka ulang tahun temannya, dan menurutku gaun itu biasa saja (aku iri). Yahh setidaknya, dessert kali ini cookies coklat. Itu saja.

18 Maret 1896

Hari ini agak aneh. Siang tadi, aku sedang membaca buku Ayahku di kamar. Dori dan orang tuaku sedang pergi ke toko boneka, untuk hadiah ulang tahun sepupu kembar kami, Cecil dan Celyn. Aku sengaja menolak ajakan mereka, karena aku sibuk (membaca koleksi ayahku). Di samping kiri meja kayuku, ada jendela besar. Sekilas aku melihat, ada segerombolan orang, maksudku segerombolan pria yang terus menerus mengelilingi rumahku. Tampaknya mereka orang asing, yang datang dari tempat yang jauh. Mereka berbicara serius dengan bahasa yang tidak aku kenal. Karena penasaran, aku mendekati jendela dan mengamati mereka. Pembicaraan para pria itu sepertinya menarik. Mereka berdiskusi dengan gaduh dan terkadang membentak satu sama lain. Aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan sampai se serius itu. “Apa yang sedang kalian bicarakan? Aku juga ingin mendengarnya!” Sekitar 2 menit setelah aku bertanya, Mereka hanya diam menatapku lalu pergi. Orang-orang aneh..

19 Maret 1896

Hari ini adalah hari yang paling tidak kuduga. Kalian tidak akan percaya ini. Aku melihat orang-orang itu kembali dengan…dengan senjata… berbagai senjata. Mereka mulai berkeliling seperti kemarin. Aku takut, dan bingung. Namun aku berhasil memberitahukan ke orang tuaku, dan mereka mengusir orang-orang asing itu dengan tetangga lain yang membantu. Entah bagaimana caranya, aku tidak berani mendekati pembicaraan itu, maupun bertanya. Siapa mereka sebenarnya? Apa yang mereka inginkan kami?

20 Maret 1896

Hari ini benar benar gila!

Orang-orang itu masih saja datang, dan kali ini mereka tidak hanya membawa senjata. Mereka meneriaki kami dan melemparkan telur di setiap jendela. Remaja-remaja lelaki yang kesal pun akhirnya berkelahi dengan mereka. Di tambah teriakan dari tetangga di sekitar, dan juga tangisan bayi yang berdengung di telinga. Benar-benar Gila! Sangat Gila. Menurutku ini adalah peristiwa paling seru dalam sepanjang sejarah hidupku. Tapi, aku masih merasa takut dengan mereka. Walaupun, bisa saja aku menendang kepala mereka satu per satu (kaki ku sekuat kaki kuda).

21 Maret 1896

* Di Kehidupan Sekarang *

“Hmm? Aneh.. mengapa hanya sampai di halaman ini?” gumam seorang Pria sambil mengemut rokoknya. Ia menutup buku usang itu, dan menaruhnya di tas kulitnya. Pria itu berjalan melewati rumah yang hancur di ujung kota. Atapnya berserakan di tanah, Dindingnya hancur hingga tak tersisa, keramik di lantai berserakan dan pecahannya menyebar. Mungkin memang terjadi sesuatu dengan rumah ini, dan mungkin sekitarnya juga.

“Jadi… apa yang kau dapatkan dari rumah jelek itu, Chris?”

“Tidak ada..” Pria itu memetik korek apinya, untuk membakar ujung rokoknya. “Hanya puing-puing bangunan antik.”

“Tapi… Bukankah daerah itu adalah tempat lahir pahlawan dari tragedi kota ini?”

“Mungkin saja.. Cerita itu belum tentu benar, bisa saja mitos belaka.” Pria itu duduk di lobby hotel, diikuti dengan temannya. Ia mengambil buku tentang pahlawan yang diceritakan temannya itu.

* Buku pahlawan *

CADANCE.. Perempuan yang kehilangan kedua orang tuanya, karena kebakaran yang terjadi tiba-tiba, menyebabkan semua kulit mereka terbakar dan dijatuhi reruntuhan. Kaum setan itu terus membakar gedung-gedung dan menembakkan pistol ke warga setempat. Semua orang menderita, dan Cadance tak tahu harus berbuat apa. Kejadian itu sangat mendadak dan tidak pernah Ia bayangkan akan terjadi. Kulit wajah kanannya terbakar, dan rambutnya rontok karena api. Cadance mengumpulkan seluruh warga yang selamat, dan membicarakan strategi untuk kabur dari tempat lautan api. Cadance menyuruh mereka untuk pergi ke pulau lain dengan menaiki perahu ayahnya. Selain itu, Di dekat pantai, petugas juga sempat menyimpan beberapa perahu kecil. Mereka sepakat, dan pada pagi-pagi benar, Cadance menjalankan rencananya dengan menjadi umpan bagi kaum setan yang berkeliling. Dia mengancam “Jika kau tidak menangkap ku, maka Rajamu akan mati besok!” Konyolnya, hal itu berhasil membuat kaum itu terpancing (karena tidak terima dengan yang mengejek raja mereka). Orang-orang yang selamat cepat cepat mengambil perahu kecil di dekat pantai dan segera kabur. Ada penganut kaum yang hampir berhasil menangkap mereka, namun tak diduga ada satu orang yang membawa senjata. Kota itu kosong, dengan meninggalkan mayat-mayat yang bercecer di mana-mana.

Dori, adik cadance, tidak diketahui keberadaanya. Cadance terus mencarinya, namun sampai sekarang tidak ditemukan. Bagaimana dengan Cadance? Jasadnya tergeletak di air mancur ibu kota. Tubuhnya penuh luka bakar dan tusukan pedang. Beruntungnya, kaum setan itu tertangkap oleh bantuan tentara negara lain (di Eropa). Bagaimana bisa? Cadance memakai telepon umum rumahnya saat terbakar, untuk menghubungi Bibinya yang ada di negara Eropa lain (tidak disebutkan negara yang mana). Cadance berhasil memperpanjang waktu dengan menghimbau seluruh warga untuk beristirahat sebelum pergi, di stasiun bawah tanah, yang tentunya tidak diketahui oleh orang asing karena stasiun itu sudah lama terbengkalai, dan tangganya berada di antara gedung-gedung besar sehingga sempit. Waktunya cukup panjang untuk bala bantuan datang ke Bren. Lagi pula, kaum setan itu sebenarnya hanya berisikan 200 orang laki-laki. Jadi mudah untuk Cadance mengalihkan perhatian kepala suku kaum itu. Cadance berhasil menyelamatkan seperempat warga Bern. Pengorbanannya tidak akan pernah di lupakan dan jasanya akan selalu dikenang.’

*Kehidupan sekarang*

Pria itu terkekeh sambil mengucek matanya. “Cerita ini terlalu kekanak kanakan. Bahkan alurnya tidak saling menyambung satu sama lain. Penulis buku ini perlu lebih banyak membaca buku bestseller!” Buku itu di letakkan di meja tengah, dan Pria itu beranjak dari sofa, dengan sebatang rokok di himpitan jarinya. “Hari ini.. hari yang berat. Aku akan istirahat. Simpan saja buku itu untukmu, Dori. Anggap saja ini bayaran untuk makan siang kemarin.” Pria itu tersenyum lalu pergi.

~ The End