Kini jam telah menunjukkan pukul 01.00 WITA ,”ugh sial, kami harus bangun pagi untuk melanjutkan study wisata besok”. Geraman kesal Ashtarte. Hari yang melalahkan bagi 4 orang gadis yang sedang bermalam di salah satu hotel di Pulau Dewata. Pasalnya, kegiatan berkeliling pulau ini saja sudah melelahkan, ditambah kegiatan senam jantung malam ini. Terror yang mereka dapatkan menimbulkan ketakutan dan trauma bagi mereka, terhadap dering. Dikamar hotel, Ash, Jean, Verin, dan Bebel tengah mengistirahatkan tubuh mereka, berharap akan mendapatkan malam yang tenang seperti sebelum sebelumnya, namun apakah malam ini akan begitu?

“Kring…kring…kring..” suara itu berasal dari telepon hotel. Tanpa ragu ragu Jean, si sok pemberani bergegas menerima telepon itu. “Halo?” Jean membuka suara. 1 detik 2 detik 3 detik, hening…. Merasa sedang dijahili, Jean hendak menutup telepon itu, namun belum sepat Ia menutupnya terdengar nada nada seperti lagu… Jean segera menjauhkan telinganya dari telepon itu. Namun ternyata suaranya bocor, kini teman sekamarnya dapat mendengar suara itu. “*I can see you from behind~”. “AAAAAAAAAAAAA!!!!” sontak mereka berempat berteriak, Jean yang juga ketakutan segera menutup telepon dengan keras. Mereka berempat kini berada di bawah selimut, benar benar ketakukan karena pada dasarnya mereka berempat adalah perempuan dan semuanya penakut. Merasa semua telah aman, Ash yang engap keluar dari selimut dan mengecek sekeliling, “huh aman, keluar kalian, dasar penakut”. Mendengar itu ketiga temannya ikut keluar dari selimut. “Tadi siapa jean? tidak seru sekali menakut nakuti orang ditengah malam begini” kesal Verin. “Aku gak tahu rin, mungkin orang iseng….atauu” balas Jean “HANT-” ucapan Bebel terpotong “Shhhh, jangan bahas hal seperti itu, seram” ucap Ashtarte kesal. 

Merasa semua sudah baik baik saja, mereka berempat memutuskan untuk tidur, agar besok pagi tidak tertinggal oleh teman teman yang lain. Baru saja mematikan lamput, terdengar suara ketukkan pintu, “Siapa yang malam malam kesini?” batin Verin. Terpaksa Ia kembali menyalakan lampu dan mengajak Jean, satu satunya yang belum tidur untuk mengecek siapa yang datang. “Kreekkk” pintu terbuka, tidak ada seorang pun disana. Verin dan Jean saling menatap, mereka bergidik ngeri dan segera menutup pintu. “Tok..Tok..Tok..Tok..” baru satu langkah meninggalkan pintu lagi lagi seseorang mengetuk pintu. Terganggu akan suara pintu Bebel dan Ash terbangun, mereka yang melihat Jean dan Verin ketakutan segera beranjak dari tempat tidur dan menyusul temannya. Ketukkan pintu itu tak berhenti mengeluarkan suara, membuat mereka berempat kini mematung kearah pintu, pasalnya tadi Jean berusaha melihat keluar melalui celah, namun tidak ada seorang pun disana. Ash dengan masih ketakutan mencoba mengarahkan teman temannya untuk kembali ke tempat tidur, Ia berusaha mengalihkan perhatiannya dari ketukkan pintu, yang sampai sekarang masih bersuara. “Bagaimana ini, tidak ada orang namun pintu masih diketuk takut” ucap Bebel melas, “Tidak apa apa abaikan saja, nanti juga hila-“, :Kringgg….Kringgg”. Mereka berempat terkejut, kini bertambah penderitaan mereka, ketukkan pintu yang sedari tidak berhenti dan dering telepon yang rasanya tidak berhenti berhenti. Jean ingin mengangkatnya namun ia masih trauma dengan telepon yang tadi. 

Takut, Panik, Bingung, Lelah semuanya tercampur aduk bagi mereka berempat, sangat berisik. Mereka lagi lagi memutuskan untuk bersembunyi di balik selimut sambil ketakutan bukan main. “Klap~” . Cobaan apa lagi ini, lampunya mendadak mati, Mereka tidak memiliki tenaga untuk berteriak lagi kali ini, tubuh mereka seakan melumpuh. Lengkap sudah penderitaan mereka malam ini, lampu yang tiba tiba padam, ketukkan pintu yang sedari tadi tidak berhenti, dering telepon yang berbunyi dan kadang mati. Mereka berempat berkeringat, gemetar, padahal sudah menggunakan AC. Mereka benar benar tidak dapat berfikir apa apa sesaat. Mereka bertiga menangis kecuali Ash, ia selaku ketua kelas harus berani dalam melindungi teman sekamarnya kali ini. Dengan panik, ia merogoh kantong celananya dan menemukan handphonenya. Tanpa fikir panjang, Ash langsung membuka kontak yang bertuliskan “Miss Fran” dengan kecepatan mengetik extra, Ash mengirimkan pesan permintaan tolong kepada wali kelasnya. Kini perasaannya kembali tenang, setidaknya ada yang tahu bahwa mereka sEdang di terror. Aneh, suara ketukkan pintu dan dering telepon itu hilang. Beberapa menit kmudian, samar samar terdengar suara “Buka pintunya !!” suara itu terus terdengar disertai dobrakan dobrakan dari pintu tersebut. Mereka semua menangis, tidak ada yang berani keluar dari selimut “DOBRAKK!!” mereka mengecilkan suara tangisan. Pintu itu benar benar didobrak oleh seseorang. Hening tidak ada suara, sampai.. “Grepp” seseorang menarik selimut mereka, betapa kagetnya mereka saat itu, jantung mereka hampir lepas, hal itu membuat mereka pingsan. Ash yang masih setengah sadar melihat ke arah orang yang membuka selimut itu, betapa bahagia dan leganya dia saat mendapati wali kelas dan guru BK datang menyelamatkan mereka.

THE END

By : Eleonora Bellesia W.I / 8B  9