UNDER THE BOOK

UNDER THE BOOK

 

Apakah orang yang rendah tidak akan pernah bisa menggapai mimpinya? Fakta bahwa orang yang berekonomi kurang, brpenampilan cupu selalu di bully dan diremehkan atas mimpi mimpinya. Semua orang boleh bermimpi bermimpi setinggi tingginya, dan buktikan bahwa kamu bisa dan mampu menggapai mimpimu.

 

Hai aku Alert, ini adalah kisahku saat masih di bangku SMP. Aku memang berasal dari keluarga dengan ekonomi yang bisa dibilang rendah. Begitupun dengan penampilanku, culun dan tak memiliki banyak teman. Kebnyakan dari mereka membullyku karena keadaan ekonomi. Semenjak kecil, aku senang membaca, buku apapun itu, buku cerita, horror, romance, sampai sejarah ilmuan, sejarah negara dan buku ilmu pengetahuan lainnya. Oleh sebab itu, cita citaku adalah menjadi seorang penulis novel, terkadang sebelum tidur aku mengimajinasikan sebuah cerita. Mulai dari romance, thriller, horror dll. Aku juga seringkali menulis cerita fantasi pendek di buku ku. Suatu ketika ada lomba menulis cerpen online yang diadakan oleh pemerintah kota Semarang dan yang mengejutkan, lomba itu berhadiah uang, mengetahui hal itu satu satunya hal yang aku pikirkan adalah ayah dan ibuku, jika aku mencoba dan menang, ini pasti akan sangat membantu dan membanggakan mereka. Tanpa pikir panjang aku mencoba coba untuk ikut, bermodalkan tekad dan handphone butut yang seringkali lag ini, namun tentu saja aku selalu tetap bersyukur.

 

Aku menulis cerpen kasih sayang antar keluarga yang terinspirasi sendiri dari kehangatan dan kesederhanaan keluargaku. Tak mudah bagiku untuk mengawali mimpiku sebagai penulis. Namun dengan segala kekuatan akhirnya aku berhasil menyelesaikan cerpenku. Tentu saja, banyak cacian dari teman teman dan beberpa guru yang tidak menyukaiku. “Anak culun tidak berbakat seperti ini, mana mungkin bisa memenangkan lomba”. Tidak, cacian seperti itu tidak akan mematahkan semangatku, justru seluruh kata kata jahat itu, aku kumpulkan untuk menjadi motivasi agar belajar lebih giat lagi. Beberapa minggu berlalu, hari pengumuman lomba cerpen tiba, aku cepat cepat membuka web pengumuman yang telah disediakan ku cari cari namaku di bawah tulisan 10 besar pemenang. Nihil, tidak tercantum namaku. Sempat beberapa kali akau berfikir untuk menyerah, karena omongan keji orang orang disekitarku. Tetapi ibu selalu menyemangatiku, memberikanku kata kata positif yang mampu membangkitkan semangat.

 

Karena aku sedang berada di kelas 3 SMP, maka aku memutuskan untuk berhenti menulis dan memfokuskan diri untuk ujian. Dah yah, aku sangat bersyukur karena tercatat semua nilai ujianku 9. Hatiku mulai tenang, cacian dari orang disekitarku mulai menghilang. Ketika libur kenaikan, aku mengumpulkan keberanian untuk mulai menulis lagi, ketika itu, sedang booming aplikasi bernama wathad. Aplikasi untuk membaca dan menulis cerita, kabarnya, jika menulis cerita dan banyak yang membaca dan memberi bintang, kita dapat menghasilkan uang. Tak pikir panjang, aku menginstall dan mulai menulis cerita di aplikasi itu. Kali ini cerita berjudul “ASHTARTE”. Mengisahkan tentang seorang gadis yang rohnya trsesat di sebuah alam bernama “VANHEINEM” Ia perlu menemukan 5 elemen manusia yang terdapat dalam alam itu dan memasangkannya pada patung Inferior untuk dapat keluar dari sana. Tak hanya sendirian, disana ia bertemu dengan berbagai macam makhluk aneh yang akan membantunya. Aku tidak terlalu berharap prolog yang ku tulis akan menarik para pembaca. Setelah selesai membuat prolog dan mengedit sampul, aku segera tidur. Pagi pagi, aku dibangunkan oleh notiikasi yang tak berhenti berbunyi, ku buka handphoneku dan sangat terkejut menemukan aplikasi Wathad ku sangat ramai, siapa sangka, banyak peminat dari cerita ku. Chapter demi chapter di unggah, semakin banyak pembaca, aku sangat bersemangat hingga kadang tidak sempat tidur. Namun usaha tidak pernah menghianati hasil, perlahan tapi pasti, aku mendapatkan uang dari menulis cerita. Aku mengimbangi belajar dan menulis, mengikuti lomba, dan tak jarang mendapat juara. Kehidupan SMA ku benar benar berbeda dari SMP. Semua guru senang kepadaku, begitu juga teman teman, aku juga mulai membuka diri untuk bersosialisasi. Hingga lulus SMA, aku mendapatkan beasiswa ke Amerika, tentu saja bersama keluargaku, bahkan aku bisa membelikan rumah untuk mereka di Amerika. Dan inilah aku sekarang, lulusan universitas di Amerika dan seorang penulis novel terkenal di 2 negara.

 

Jangan pernah menyerah akan mimpimu, jadikan cacian menjadi motivasi dan semangat baru utnuk bangkit dan membungkan mereka semua. Inilah usahaku, inilah mimpiku, dan jadilah bintang.

 

By : Eleonora Bellesia W.I / 8B / 9

Poster Kasih Sayang

Poster Kasih Sayang

Kasih sayang adalah perasaan tulus yang bisa dirasakan oleh siapa saja. Artinya, setiap orang bisa saja memberikan kasih sayang terhadap siapapun yang dia kehendaki. Kasih sayang adalah anugerah dari Tuhan untuk kita semua, maka dari itu kita harus menghargai anugerah Tuhan dengan cara mencintai sesama. Bukan hanya dalam belum romantis kepada pasangan, tetapi juga kepada orang di sekitar kita seperti keluarga, teman, dan tetangga. 

TERROR

TERROR

Kini jam telah menunjukkan pukul 01.00 WITA ,”ugh sial, kami harus bangun pagi untuk melanjutkan study wisata besok”. Geraman kesal Ashtarte. Hari yang melalahkan bagi 4 orang gadis yang sedang bermalam di salah satu hotel di Pulau Dewata. Pasalnya, kegiatan berkeliling pulau ini saja sudah melelahkan, ditambah kegiatan senam jantung malam ini. Terror yang mereka dapatkan menimbulkan ketakutan dan trauma bagi mereka, terhadap dering. Dikamar hotel, Ash, Jean, Verin, dan Bebel tengah mengistirahatkan tubuh mereka, berharap akan mendapatkan malam yang tenang seperti sebelum sebelumnya, namun apakah malam ini akan begitu?

“Kring…kring…kring..” suara itu berasal dari telepon hotel. Tanpa ragu ragu Jean, si sok pemberani bergegas menerima telepon itu. “Halo?” Jean membuka suara. 1 detik 2 detik 3 detik, hening…. Merasa sedang dijahili, Jean hendak menutup telepon itu, namun belum sepat Ia menutupnya terdengar nada nada seperti lagu… Jean segera menjauhkan telinganya dari telepon itu. Namun ternyata suaranya bocor, kini teman sekamarnya dapat mendengar suara itu. “*I can see you from behind~”. “AAAAAAAAAAAAA!!!!” sontak mereka berempat berteriak, Jean yang juga ketakutan segera menutup telepon dengan keras. Mereka berempat kini berada di bawah selimut, benar benar ketakukan karena pada dasarnya mereka berempat adalah perempuan dan semuanya penakut. Merasa semua telah aman, Ash yang engap keluar dari selimut dan mengecek sekeliling, “huh aman, keluar kalian, dasar penakut”. Mendengar itu ketiga temannya ikut keluar dari selimut. “Tadi siapa jean? tidak seru sekali menakut nakuti orang ditengah malam begini” kesal Verin. “Aku gak tahu rin, mungkin orang iseng….atauu” balas Jean “HANT-” ucapan Bebel terpotong “Shhhh, jangan bahas hal seperti itu, seram” ucap Ashtarte kesal. 

Merasa semua sudah baik baik saja, mereka berempat memutuskan untuk tidur, agar besok pagi tidak tertinggal oleh teman teman yang lain. Baru saja mematikan lamput, terdengar suara ketukkan pintu, “Siapa yang malam malam kesini?” batin Verin. Terpaksa Ia kembali menyalakan lampu dan mengajak Jean, satu satunya yang belum tidur untuk mengecek siapa yang datang. “Kreekkk” pintu terbuka, tidak ada seorang pun disana. Verin dan Jean saling menatap, mereka bergidik ngeri dan segera menutup pintu. “Tok..Tok..Tok..Tok..” baru satu langkah meninggalkan pintu lagi lagi seseorang mengetuk pintu. Terganggu akan suara pintu Bebel dan Ash terbangun, mereka yang melihat Jean dan Verin ketakutan segera beranjak dari tempat tidur dan menyusul temannya. Ketukkan pintu itu tak berhenti mengeluarkan suara, membuat mereka berempat kini mematung kearah pintu, pasalnya tadi Jean berusaha melihat keluar melalui celah, namun tidak ada seorang pun disana. Ash dengan masih ketakutan mencoba mengarahkan teman temannya untuk kembali ke tempat tidur, Ia berusaha mengalihkan perhatiannya dari ketukkan pintu, yang sampai sekarang masih bersuara. “Bagaimana ini, tidak ada orang namun pintu masih diketuk takut” ucap Bebel melas, “Tidak apa apa abaikan saja, nanti juga hila-“, :Kringgg….Kringgg”. Mereka berempat terkejut, kini bertambah penderitaan mereka, ketukkan pintu yang sedari tidak berhenti dan dering telepon yang rasanya tidak berhenti berhenti. Jean ingin mengangkatnya namun ia masih trauma dengan telepon yang tadi. 

Takut, Panik, Bingung, Lelah semuanya tercampur aduk bagi mereka berempat, sangat berisik. Mereka lagi lagi memutuskan untuk bersembunyi di balik selimut sambil ketakutan bukan main. “Klap~” . Cobaan apa lagi ini, lampunya mendadak mati, Mereka tidak memiliki tenaga untuk berteriak lagi kali ini, tubuh mereka seakan melumpuh. Lengkap sudah penderitaan mereka malam ini, lampu yang tiba tiba padam, ketukkan pintu yang sedari tadi tidak berhenti, dering telepon yang berbunyi dan kadang mati. Mereka berempat berkeringat, gemetar, padahal sudah menggunakan AC. Mereka benar benar tidak dapat berfikir apa apa sesaat. Mereka bertiga menangis kecuali Ash, ia selaku ketua kelas harus berani dalam melindungi teman sekamarnya kali ini. Dengan panik, ia merogoh kantong celananya dan menemukan handphonenya. Tanpa fikir panjang, Ash langsung membuka kontak yang bertuliskan “Miss Fran” dengan kecepatan mengetik extra, Ash mengirimkan pesan permintaan tolong kepada wali kelasnya. Kini perasaannya kembali tenang, setidaknya ada yang tahu bahwa mereka sEdang di terror. Aneh, suara ketukkan pintu dan dering telepon itu hilang. Beberapa menit kmudian, samar samar terdengar suara “Buka pintunya !!” suara itu terus terdengar disertai dobrakan dobrakan dari pintu tersebut. Mereka semua menangis, tidak ada yang berani keluar dari selimut “DOBRAKK!!” mereka mengecilkan suara tangisan. Pintu itu benar benar didobrak oleh seseorang. Hening tidak ada suara, sampai.. “Grepp” seseorang menarik selimut mereka, betapa kagetnya mereka saat itu, jantung mereka hampir lepas, hal itu membuat mereka pingsan. Ash yang masih setengah sadar melihat ke arah orang yang membuka selimut itu, betapa bahagia dan leganya dia saat mendapati wali kelas dan guru BK datang menyelamatkan mereka.

THE END

By : Eleonora Bellesia W.I / 8B  9