Liburan ini, Pangeran Sun Fu dari kerjaan Qiang In, mendapat tugas Untuk mengunjungi pamannya yang sedang menjaga benteng pertahanan. Tentu saja Pangeran Sun Fu senang. Ini adalah pertama kalinya dia berlibur ke daerah perbatasan kerajaan.

“Jangan lupa membawa tongkat!” kata Kaisar.

Pangeran Sun Fu mengernyitkan dahi. Tongkat? Untuk apa? Bukankah dia hanya perlu mengendarai kuda ke benteng itu? Meski demikian, Pangeran Sun Fu menaati perintah ayah nya, Dia membawa tongkat dan diikat kan di punggungnya.

Setelah pamit kepada ayah dan ibunya, Pangeran Sun Fu berangkat menuju benteng pertahanan. Rupanya Paman Cha Fu sudah menunggunya.

“Ayo, Sun Fu! Bersiaplah untuk pertunjukan nanti malam.“ ujar Paman.

 Pertunjukan? Kaisar tidak mengatakan apa pun tentang itu kepadanya. Pangeran Sun Fu jadi makin penasaran.

Malam harinya, Pangeran Sun Fu melihat para prajurit berdiri rapi di sepanjang benteng. Masing-masing membawa tongkat di tangan. Pangeran Sun Fu ingat dengan tongkatnya.

“Ayo, Sun Fu. Ikutlah bersenang-senang!” ajak Paman Cha Fu.

Pangeran Sun Fu tidak paham. Namun, dia memutuskan untuk ikut bergabung dengan para prajuritnya.

“Siapa yang tongkatnya disentuh oleh naga raksasa, maka naga itu akan patuh padanya,” kata Paman ketika Sun Fu terkejut melihat seekor naga raksasa meliuk-liuk di samping benteng. Rupanya mereka sedang memancing naga!

Ini adalah pertama kalinya Pangeran Sun Fu melihat naga dengan mata kepalanya sendiri. Sejak kecil, dia hanya mendengar dan melihat Ini adalah pertama kalinya Pangeran Sun Fu melihat naga dengan mata kepalanya sendiri. Sejak kecil, dia hanya mendengar dan melihat gambar naga dalam buku dongeng. Dia tidak menyangka bahwa hari ini dia dapat bertemu langsung dengan binatang itu.

“Apakah naga itu buas, Paman?” tanya Pangeran Sun Fu, canggung.

“Ya. Tentu saja! Dan dia hanya akan muncul sepuluh tahun sekali. Dan selama ini belum pernah ada yang berhasil memancingnya!”

Jawaban Paman Cha Fu membuat mata Pangeran Sun Fu mengerjap-ngerjap. Bisa dipastikan, memancing naga akan menjadi pengalaman yang langka dan tak terlupakan baginya. Pangeran Sun Fu pun ikut memancing naga. Sayangnya, naga itu sepertinya tidak tertarik untuk menyentuh tongkat siapa pun. Sang naga meliuk-liuk saja di sepanjang benteng pertahanan. Dan sepertinya naga itu akan segera beranjak pergi kembali ke sarangnya.

Pangeran Sun Fu tidak mau menyerah. Dia tidak ingin naga itu pergi begitu saja. Dengan cekatan dia berbalik arah menuju tenda dan mulai membuka kotak obat-obatan. Di sana, Pangeran Sun Fu mengambil beberapa lembar kain pembalut luka. Dibebatnya kain itu di ujung tongkatnya. Tak lupa dia menuangkan minyak di sekujur kain.

Pangeran Sun Fu segera keluar dari tenda dan menyulut tongkatnya dengan api dari lentera hingga membara. Kini Pangeran Sun Fu memiliki obor panjang di tangannya. Api itu meliuk-liuk menyilaukan seperti sisik naga.

Hap! Naga pun menangkap tongkat Pangeran Sun Fu karena tertarik dengan kilauannya.

Lama sekali dia menjilati tongkat itu hingga api yang berkobar padam. Pangeran Sun Fu senang melihatnya. Begitu juga Paman Cha Fu dan prajurit lainnya.

“Hebat! Dari mana kau tahu bahwa naga menyukai api?” tanya seorang prajurit.

“Naga suka menyemburkan api, karena dia juga memakan api. Aku membacanya di perpustakaan istana, Paman,” jawab Pangeran Sun Fu dengan rendah hati.

Karena ketekunannya membaca, Pangeran Sun Fu pun bisa menangkap dan bersahabat dengan naga yang kini ikut menjaga benteng Kerajaan Qiang In.