“Jangan membenci seseorang terlalu dalam.”- Leo Narendra
“Kukira aku kehilangan milikku, tapi ternyata dari awal memang bukan milikku.”
“Ayo kita membuat cerita kembali dimasa depan dengan kebahagiaan penuh.”
“Jika aku mati, tempatkan kuburanku di sebelahnya.”

“Akh!” Azka terbangun dengan keringat di seluruh tubuhnya, entah mengapa terlihat seperti terengah-engah, seperti habis berlari. Lagi-lagi, mimpi itu berulang, mimpi yang sama seperti hari-hari lalu. Selalu sama tidak ada yang berubah dan suara di dalam mimpinya adalah suaranya yang entah berbicara dengan siapa. Azka melihat ke arah jam yang terletak dimeja belajarnya. Jam 05.35 waktunya Azka bangun dan membersihkan diri untuk berangkat ke sekolah. “Ya Tuhan, mimpi yang sama lagi.” Azka menghela napas pelan lalu beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.
“Bruk!” Azka yang berjalan, tidak sengaja menabrak seseorang, ia tertarik untuk membatu orang yang tidak sengaja ia tabrak untuk berdiri.
“Maaf gue gak lihat lo.”
“Gak usah, terima kasih.” orang itu berdiri sambil membersihkan celananya yang sedikit kotor.
“Dih, yaudah kalo gak mau di bantuin, gak rugi juga.” seketika nada bicara Azka berubah, yang tadinya ramah menjadi meninggi setelah tau siapa yang tabrak.
“Lo juga lihat pake mata bukan pake kaki.” ucap orang itu.
“Gue kan gak lihat!!”
“Tapi lo juga ngapain jalan sambil ngalamun.”
“Suka-suka gue, kenapa situ yang sewot!!?”
“Lo kira ini Lorong nenek moyang lo ha!? Jalan senaknya.”
“nyenyenye.”
Siswa yang kebetulan lewat hanya mengangkat kepala, mereka sudah tahu kalau doa orang ini sangat suka disebut dan teriak-teriak, mereka THE RIVAL
itu pernah saling membenci, bahkan hampir setiap hari tanpa objek, mereka tidak absen untuk tidak tanpa dan tanpa ada yang mau mengalah. Jika tidak tanpa objek, itu tandanya salah satu dari mereka ada yang tidak masuk sekolah.
Satu teman yang tadi ditabrak Azka menghampiri mereka berdua
“Leo, udah jangan objek pliss, ini masih pagi!” ujar orang itu dengan nada kesal.
“Dia yang mulai duluan!!”
“Kau dulu ya!!”
“Kau.”
“Kau.”
“Ka-“
Grep, orang itu membekap mulut temannya agar tidak mengomel terus yang mengganggu siswa siswi lainnya.
“Udah dia kalian! selalu tidak ada tau waktu!” orang itu pun menggeret Leo untuk pergi dari sana.
Sedangkan Azka hanya mengedikkan bahu acuh lalu pergi ke kelas.
“Apa apaan lo Ren? Lo belain dia?” tanya Leo saat sudah sampai di kelas
Yang diajak bicara hanya menulikan telinga dan tidak memperdulikan ucapan Leo
“Derren!!” tekan Leo
“Udah diem Leo, jangan emosian cepet tua mampus lo.” ucap Derren dengan kesal
Leo dan Derren sekarang sedang berada dikantin untuk makan siang.
“Ohh ya Leo, besok kan olahraga tuh, katanya kelas kita gabung sama kelasnya Azka loh!!” ucap Derren senang sedangkan Leo tersedak makanan.
“Uhuk…uhukk…maap nih lo kok seneng sih!?” ucap Leo setelah meredakan batuknya.
“Ya lo tau sendiri kan gue lagi pdkt sama Netto yang sekelas sama Azka.”
“Dih lo seneng di atas penderitaan gue!”
Derren hanya tertawa saat melihat wajah Leo yang sedang memakan makanannya.
“Udah kenapa lo gak baikan aja sama si Azka, benci amat lo sama dia.” ucap Derren
“Wajahnya ngeselin banget Ren, sumpah.”
”Kata orang, jangan benci-benci sama seseorang nanti kena karma, jatuh cinta sama orang itu, ahay!”
“Mitos.”
Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 waktunya pulang sekolah, setelah bel berbunyi para siswa dengan segera mengemasi barangnya dan pulang masing-masing
Leo dan Derren sedang berada di depan gerbang sekolah, sambil menunggu jemputan Derren
“Leo, kerumah gue buat ngerjain tugas?”
“Iya, tapi gue pulang dulu buat ganti baju, kalo gak gue di marahin mama.” jawab Leo
“Gue anterin lo ya.” tawar Derren
”Gak usah Ren, gue pulang sendiri aja.” tolak Leo
“Udah gak papa.”
Derren langsung menarik Leo untuk masuk ke mobil mumpung jemputannya sudah datang.
Mobil Derren sudah sampai di depan rumah Leo, mereka pun keluar dengan wajah Leo yang sedikit tidak bersahabat, Leo kesal karena derren menariknya untuk pulang bersama.
Mereka sudah sampai diruang tamu rumah Leo, Leo menyuruh Derren untuk menunggu dan duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan Leo pergi ke kamar untuk membersihkan diri.Derren mengunggu dengan bermain ponselnya karena Derren tau kalau Leo mandi itu sangat lama hampir tiga puluh menit.
Tiga puluh kemudian menit
“Maaf Ren lama hehe.”
“Kurang lama.”
Pagi setiap
hari Pada pagi hari yang panas itu menyambut warga sekolah yang hari ini sangat panas padahal baru jam 9 sedari tadi Derren mengeluh panas.
“Leo, neduh yuk.” ucap Derren pada Leo tapi Leo tidak menjawab.
Karena tidak ada jawaban Derren pun menyenggol lengan Leo, Leo pun menoleh dengan wajah kesal.
“Apaan sih!?” sarkas Leo
“Lo tuh gue panggil kenapa gak nyaut!?” Leo bereks kagetpresi saat Derren berucap.
“Lo manggil gue? kirain manggil Chelsi.” ucap Leo.
“Sejak kapan gue deket sama si Chelsi.” Derren memukul kepala Leo, Leo pun menangis sambil mengusap daerah kepala yang dipukul Derren.
Lelaki bernama Leo sedang berada di balkon menikmati hembusan angin malam dan mengingat kembali kejadian tadi siang di sekolah, menurut nya sungguh sungguh. bagimana tidak malu? Ia tadi setelah berolahraga dan dilanjutkan dengan pelajaran ia tidak sengaja berdiri dikelas, ia dihukum di depan kelas hingga istirahat.
Hari ini adalah hari akhir pekan, sesuai janji papa nya Leo, keluarga Leo benar-benar mengunjungi rumah tantenya, Leo sangat senang mengunjungi rumah tante.
“Tante Kenzo!!” pekik Leo lalu berlari memeluk tantenya saat tantenya berusaha sendiri untuk membukakan pintu.
“Eh?Leo kau sudah sangat besar.” ucap sang tante sambil mengelus puncak kepala Leo.
Mereka pun masuk kerumah tante dan disambut oleh sang om, om pun berjalan untuk memeluk mamanya Leo dan untuk memeluk Leo.
“Tante, tante, Netto ada dimana?” tanya Leo setelah melepaskannya dari sang om.
“Ada di atas, dia masih tidur.” mendengar itu Leo kesal.
“Selalu saja anak itu, jika tidak sekolah selalu bangun terlambat.” om pun menyuruh Leo untuk membangunkan Netto.
Leo pun naik ke kamar Netto yang lain sedang berbicara di ruang tamu, Leo yang sudah tau dimana Netto langsung membuka kamar lalu berteriak.
“VARELLIER NETTO!!”teriak Leo dengan nada yang sering keluar, tapi itu tidak membuat Netto bangun.
Leo pun menggoncang brutal Netto sampai bergerak kekanan kekiri bahkan kepala Netto ikut bergoyang, Netto yang terusik pun bangun perlahan.
“Ya, ya, ya, Leo Narendra!! Hentikan kepala ku sakit!” ucap Netto dengan kesal sambil berusaha mengalahkan Leo.
“Halo epriwan!!” teriak seseorang di ambang pintu yang membuat Leo dan Netto tersentak kaget, karena suara itu sangat tinggi seperti lumba-lumba.
Di sana terdapat Derren dengan senyum yang lebar memandang Leo dan Netto lalu menghampiri keduanya dan duduk di Netto.
Fyi Leo, Derren, dan Netto itu bersahabat sejak kecil, jadi jangan heran jika Derren dengan terlihat duduk dikasur Netto, persahabatan mereka itu sangat erat dan tidak ada rahasia apa pun didalamnya tapi tentang perasaan Derren itu terpaksa Derren sembunyikan karena takut persahabatan mereka renggang.
“Kamu membuatku kaget Derren.” ucap Netto parau dengan muka bantalnya.
“Net lebih baik lo cuci muka dulu, sumpah wajah lo jelek kalo habis bangun tidur.” Leo mendapatkan sinis dari Netto, Netto pun mencuci muka.
Setelah selesai mencuci muka mereka bertiga turun untuk bergabung dengan para orang tua, jangan lupa untuk mencium tangan para orang tua.
“Net main ps kuy, udah lama kita gak main ps.”Ucapkan Derren, Netto pun mengangguk lalu berjalan ke arah tv dan mempersiapkan ps.
main orang tua berbicara dan melihat mereka bertiga main ps, para suami yang ingin bermain pun ikut duduk dilantai.
“Hei, boleh ikut main ps nya.” ucap Nevan
Mereka semua menggangguk lalu memberi kan ps yang mereka penggang ke para suami, mereka pun menonton papa mereka bermain.
“Kenzo, aku rindu.” ucap Revan saat melihat Nevan yamg sibuk bermain, karena sedari tadi ia selalu dipeluk Nevan jadi tidak bisa memeluk Kenzo.
Apakah kalian penasaran mengapa mereka tidak menikah?dulu saat satu tahun kamatian Azka dan Leo yang dulu, Kenzo dipaksa menikah dengan Gavin karena pekerjaan dan Kenzo yang terkenal hanya berdasarkan kemauan orang tuanya.
Meskipun berat Revan berusaha untuk tidak terlalu larut dalam kasedihan sampai bertemu dengan Nevan, karena kehadiran Nevan di kehidupan Revan membuat bangkit dan memulai mambuka hati untuk Nevan.
Selama pacaran jika rindu dengan Azka dan Leo yang dulu ia selalu menceritakan percintaan Azka yang belum terbalaskan kepada Nevan, kareana Itulah nevan tau akan reikarnasi mareka berdua yang terjadi.
Dan setelah sebilan bulan pacarana mereka (Nevan Revan) menikah. Lalu hedirlah Derren kecil kedalam keluarga mereka dan tak lama setelah Derren lahir Netto kecil pun lahir.
Lalu Nevan yang memiliki kenalan bernama Arvin yang juga dekat dengan Gavin memiliki anak bernama Leo, dari situ mereka mengenal Leo jika Azka mereka baru kenal beberapa hari yang lalu saat Azka belajar di rumah mereka.
“Asal kau tau aku juga rindu.” jawab Kenzo lalu memeluk Revan.
“Ah kau tau hanya bukan Leo yang terlahir kembali, tetapi Azka juga terlahir kembali.” ucap Revan membuat Kenzo memutarkan mata tidak percaya, sedangkan Reynand hanya memandang mereka bingung.
“Kalian sedang membahas apasih?” tanya Reynand
Revan dan Kenzo saling memandang lalu menggangguk sepert tau masing-masing lalu mereka memandang Reynand.
“Jadi…
“Wah, benarkah? Dulu aku bahkan tidak percaya reikarnasi.”ucap Arvin membuat Revan, Kenzo, dan Reynand melirik Arvin bingung.
Wajah mereka seperti bilang sejak kapan dia disini?
“Hehe, maaf aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian.” ucap Arvin sambil di belakang kepalanya.
Mereka hanya menggangguk paham.” Tapi jangan beri tau kepada Leo maupun Azka.” mengingat Kenzo, Arvin hanya menggangguk paham.
“Emh, Kenzo, Revan boleh aku lihat foto mereka berdua?” ucap Reynand, Kenzo pun beranjak dari duduknya lalu mengambil sesuatu dan menunjukannya kepada Reynand dan Arvin.
“Ini foto yang pernah ku ambil saat ini kami mengadakan tur keluar kota, dengan paksa aku menyuruh mereka berfoto dari, saat itu mereka berdua ada di balkon aku yang melihat langsung menyuruh mereka untuk foto Bersama.” ucap Kenzo sambil menunjukan foto yang sudah sangat lama bahkan kertasnya sudah menguning tapi masih tidak ada robekan apa pun.
Reynand dan Arvin melihat dengan seksama foto yang ada di genggaman Revan. “Ini… Azka?” tanya Arvin sambil menunjuk orang yang ada di sebelah kiri orang yang mirip dengan anaknya.
Revan mengangguk begitu pula Kenzo.” Huwa, orang difoto ini sangat mirip dengan Leo, tapi bedanya disini Leo terlihat sudah dewasa.” ucap Reynand lagi di angguki oleh Revan dan Kenzo.
“Tante sama om ngelihat apa sih!?” ucap Derren sambil berusaha melihat apa yang di pegang Kenzo karena dihalangi Arvin.
Reflek Kenzo langsung menutup kertas yang ia bawa lalu tersenyum melihat Derren.” bukan apa apa kok, kamu ngapain disini?” ucap lembut Kenzo.
“Kamu ini kepoan banget ya Ren!” Ucap Revan, Derren hanya mencebikkan mulutnya memandang sinis mamanya itu.
“Kalo boleh tau itu apa, tante?” tanya Derren sambil menunjuk kertas yang ada dalam genggaman Kenzo.
“Anak kecil gak boleh tau.” ucap Arvin.
“Ih, kan Derren penasaran.” Derren membocorkan sinis Arvin, Arvin mencubit pipi derren gemas.
“heh jangan cubit cubit anakku!”ucap revan, Arvin hanya terkekeh begitu pula dengan Kenzo dan Reynand.

Hari sudah mulai siang mereka pun memutuskan untuk pulang, sekarang Leo sedang terjadi setelah pulang dari rumah Gavin dan Kenzo.
“Mama…Leo sekarang boleh dihubungi mama kan?”
“Jangan bohong Leo!”
“Aku tidak bohong Rev.”
“Aku Lelah Azka aku ingin mati saja…hiks.”
“Aku janji aku akan bahagia Leo, aku janji.”
“Hah…hah…hah…” napas Leo tersengal saat mendengar kata itu muncul di otaknya layaknya ia mendengar sebuah radio yang hampir rusak tapi masih bisa didengar meski tidak terlalu keras.
Leo makin susah bernapas ia mengambil inhaler nya dan udara yang keluar dari alat itu.
Napasnya mulai membaik, ia pun meletakkan alat itu kembali ketempatnya.” kambuh lagi.”
Karena kelelahan Leo pun dengan kaki yang masih ada di lantai hingga sakit.

Leo yang sedang masalah malas di ranjanganya, ia sedang bingung ingin melakukan apa besok pagi, Leo itu tidak suka jika hanya berdiam diri di rumah, ia harus beraktivitas apa pun itu supaya tidak bosan di rumah.
Karena sudah kehabisan ide Leo pun mencari cari kegiatan yang bisa dilakukan saat hari minggu di g**gle.
Ia menscroll layar ponselnya mencari yang menarik untuk dilakukan di hari minggu, matanya pun membaca artikel.
“Sepeda ya? Hmmm… kayanya seru juga.” gumam Leo, setelah yakin ia langsung turun ke bawah untuk menanyakan apakah papanya punya sepeda.
“Ayah!! Mama!!” teriak Leo untuk memanggil kedua orangtuanya.
“Ada apa Leo.”
”Apakah papa sama mama punya sepeda?” tanya Leo.
Arvin dan reynand sedikit berpikir lalu menggangguk memandang Leo, Leo pun tersenyum senang.
“Aku pinjam ya!? Aku mau bermain sepeda.” Arvin dan reynand hanya menggangguk, Leo pun berdiri.
“Terima kasih mama dan papa.”
Arvin dan Reynand hanya terkekeh melihat putra mereka yang sangat lucu itu.

Dihari minggu
“Le, cepet elah, lama bener lo ngayuhnya.” gerutu Derren saat melihat Leo yang sangat lambat.
Ya, Leo bersepeda bersama Derren, awalnya Derren ingin mengajak Netto tapi karena Leo mau bersepeda pagi, dan Netto belum tentu terbiasa bangun pagi, jadilah mereka hanya berdua saja yang bersepeda.
“Ya sabar, lo kira ngayuh gak pake tenaga!” teriak Leo, Derren hanya kesal dan menunggu sepeda Leo berada di sampingnya.
Derren memandangi Leo yang sedang mengikutinya dengan wajah datar dan malas, tapi, tiba-tiba saja mengungkapkan membelak saat….
Brak!!
“Eh…”
Kaget Leo yang terputus saat sebuah sepeda tidak sengaja menabrak sepedanya dengan kencang, Leo pun jatuh dari sepedanya.
Derren langsung membawa sepedanya untuk menyusul Leo, saat sampai ia membantu Leo berdiri, tubuh Leo penuh luka, luka parah hanya kecil tapi banyak.
”Siapa yang nabrak gue!!?” tanya Leo saat Derren membantu di bangun, Derren menggerakkan Leo ke lehernya.
Ada sekitar dua sepeda yang menghampiri Leo, bukan menghampiri Leo, lebih tepatnya membantu orang yang tadi menabrak Leo.
“Eh maaf, kalian!!!?” teriak salah satu orang yang datang tadi.
Derren dan Leo sama sama memasang wajah kaget saat melihat satu sama lain, sangking kagetnya derren tidak sengaja menjatuhkan Leo.
”Anjir!” batin Leo.
Derren yang sadar langsung kembali membantu Leo berdiri, ”Maaf hehe.”Leo hanya memandang sinis Derren, dan berganti memandang orang tadi.
“Bersih!! Bantuin gue bego.” panggil orang satu lagi
Yang menoleh ke samping ke arah orang yang memanggilnya, lalu memandang Derren dan Leo, ia menghadap ke arah yang tidak gatal.
“Lu ngapain disini, berarti yang nabrak gue, AZKA!!” tekan Leo saat menyebut nama Azka, Derren yang ada di sampingnya di telinganya dari Leo.

Plak! Plak!
“Ampun le, woi, minta maaf gue.” ucap Azka sambil melindungi diri dari pukulan Leo yang bertubi tubi.
Leo ucapan Azka dan masih tetap memukau Azka, sampai Derren, William, Netto datang dan memisahkan mereka, Azka akhirnya bisa bernapas lega.
“Kalian bertiga bego ya? Ninggalin gue berdua sama Leo.” ucap kesal Azka.
“Gue beli obat.”-Netto
“Gue ngambil sepeda lo sama sepeda leo.”-William
“Gue beli minum.”-Derren
Azka hanya bisa berdecak kesal mendengar ketiga teman itu, akhirnya ia memilih diam dan membiarkan Netto mengobati lukanya.
“SAKIT BEGO!” ucap Azka dan Leo Bersama sama membuat Derren, Netto, William tersentak kaget.
“Y-ya maap.”ucap Derren dan Netto.
Derren dan Netto membocorkan sinis William yang sedang enakan berdiri sambil minum air di acara mereka mengurus Azka dan Leo.
William yang melihat mereka berdua hanya menggangkat bahunya, dengan wajah yang sangat menyebalkan.
Setelah selesai mengibati luka Azka dan Leo, Derren dan Netto memberi mereka minum, mereka pun duduk berlima di satu bangku Panjang yang ada di taman.
‘Lo kingkong atau apasih Net, gede amat tuh badan! kesal William saat ia kebagian kursi yang sedikit karena badan bongosor Netto.
“Kingkongan Xavier ya nyet!” ucap Netto tidak terima.
Gue salah apaan coba? -Xaverius
William dan Netto pun berebut tempat membuat Netto menyenggol Azka dan Azka menyenggol Derren dan Derren menyenggol Leo.
tiga -Azka, Derren, dan Leo hanya memasang wajah datar mengganggapi Mereka melatih William dan Netto, dengan beban yang bergoyang kekanan dan kekiri, menyenggol terlalu keras, itu membuat Leo menduduki tanah.
Bruk!
Saat jatuh Leo tidak langsung berdiri, ia diam sambil terduduk di tanah, Netto dan William yang melihat langsung menggangkat Azka untuk menjadi penghalang Leo.
“NETT!!! WILIAM!!!” teriak Leo, berakhir Netto dan William yang dipukul habisan oleh Leo, sedangkan Azka duduk di sebelah Derren tertawa tertawa Netto dan William yang sedang dipukul melihat Leo.
Malamnya
Azka membanting tubuhnya di keranjang, ia sangat Lelah karena ia baru saja selasai ekskul basket, tubuh yang penuh keringat ia membiarkan saja dibiarkan saja yang menghilangkan keringatnya.
Hari ini hari jumat otomatis besok sabtu, sekolahnya libur, ia tidur siang dan malasan di kamar, itu adalah kegiatan favoritnya jika akhir pekan.
Baru saja ingin menuju kealam mimpi sebuah suara membuat nyawa Azka kembali, ia pun membuka mata dan melihat pemilik suara.
“Azka Dirgantara.” ucap seseorang.
Di ambang pintu sana ia bisa melihat sang mama yang sedang berkacak pinggang dengan mengungkapkan deathglare andalan mamanya dan itu sangat seram menurut Azka.
Dengan segera ia bangun dari tidurnya dan sedikit merapikan ranjangnya lalu berdiri sopan di hadapan mamanya dengan senyum yang kikuk.
“Ada apa bu?” tanya Azka lembut.
“Cepat mandi, dan turun ke bawah untuk makan malam.” ucap tegas mamanya, Azka hanya menggangguk paham, sedetik kemudian sang mama pun pergi dari hadapan Azka, Azka pun bernapas lega. Ia kembali duduk diranjangnya.
“CEPAT!! JANGAN DUDUK LAGI!!” teriak sang mama yang seolah tau jika Azka tidak langsung mandi, dengan jaringan Azka pun mengambil handuk lalu pergi ke mandi, “i-iya ma ini mau mandi”
Setelah selesai mandi Azka pun turun ke bawah dengan handuk yang masih menempel di lehernya, masih basah namun dibiarkan oleh Azka.Azka duduk di meja makan, ia memandang sang mama yang mondar mandir menyiapkan makan sendiri, Azka tidak bisa membantu karena jika ia membawakan itu semua bias jadi kacau. Dan satu lagi hal yang di Azka ia benci dengan kaca, ya seperti trauma lah, entah kenapa Azka trauma dengan kaca, mungkin karena masa lalunya yang tidak ingin dia ingat.
Mala!!!
Oke, sepertinya trauma Azka akan kumat sekarang, kerena sang mama tidak sengaja memecahkan piring yang ingin ia taruh di meja.
“Jangan lihat Azka!!” ucap sang mama sambil membersihkan kaca tersebut.
“Aaaakkhh!!!” teriak Azka.
Badan Azka bergetar, ia menarik perhatiannya sendiri, Azka pun terduduk di lantai bukan hanya menjambak saja ia juga mencakar lengannya.
“Ya ampun, Eric, Azka.” ucap seseorang yang baru saja memasuki dapur dan sudah melihat sekeliling.
Dengan segera orang itu memeluk Azka erat menggelamkan kepala Azka didadanya, Azka memberontak, dengan sistem tenaga orang itu memeluk Azka tapi tidak meredakan traumanya. Jangan lupa orang itu membisikkan kalimat-kalimat penenang, itu yang bisa dilakukan jika trauma anaknya kumat, dia papa Azka.
“Sstt…Azka, sudah ini papa, hei, kamu bisa melukai dirimu sendiri Ka, sayang sudah.” saat gerakan Azka berhenti papanya pun mengelus pelan kepala Azka, tapi badan Azka masih bergetar dan.
“P-papa? hiks.” rancau Azka lalu memeluk sang papa.
Sang mama yang sudah selesai membersihkan diri dari hadapan suami dan anaknya sedang berpelukan, ia merasa bersalah karena membuat trauma Azka kambuh lagi. Dia ikut memeluk Azka, sang papa pun memeluk kedua orang yang berharga seumur hidupnya.
“Maafkan mama Ka, maaf.” ucap Eric, ia mengelus kepala Azka.
Azka yang traumanya sudah mereda langsung melepaskan pelukannya, “Mama? Mama kenapa menangis?” tanya Azka, Eric hanya mengayun pelan, Azka pun memeluk sang mama sedangkan sang papa mengelus kepala sang anak.
“Ssst.” ringis Azka saat merasakan perih di lengannya, bisa dilihat lengannya penuh luka, mengingat kuku Azka saat ini sangat Panjang jadi mudah membuat lengannya luka karena traumanya tadi.
“Sini mama obatin, Alden kamu ambil kotak p3k ya.” sang papa hanya mengangguk, Eric pun membawakan Azka keruang tamu.
Alden memberikan kotak p3k kepada Eric, Eric mengambil salep lalu oleskan ke luka Azka, Azka bisa menahan sambil menahan beban itu. Eric juga memasangkan handsaplas ke lukanya, jadilah lengan Azka yang penuh handsaplas, dan terlihat lihat?
Setelah selesai mengobati lengan Azka, Eric mengajak Alden dan Azka untuk makan malam, setelah selesai makan Eric menyuruh Azka untuk tidur.
Disisi lain Leo sedang bermalas malasan di sofa menonton televisi disekitarnya ada sang mama yang sedang mondar mandir membersihkan rumah, sekali kali mamanya menggangkat kaki Leo karena menahannya untuk membersihkan bersih.
“Duh, punya anak satu kok laki-laki banget sih.” sindir mamanya pada Leo, Leo melirik mamanya sebentar lalu berdecak kesal.
“Siapa yang laki-laki sih, Leo udah sekolah dari senin sampai jumat, masih bilang laki-laki cih.” kesal Leo, mamanya hanya terkekeh pelan.
“PA ANAK KESAYANGANMU GAK MAU BANTUIN MAMA BERSIH BERSIH.” adu mamanya pada papanya yang ada di ruang kerja, Leo yang tidak terima pun menyahut.
“Mama apa apaan sih!?” ucap Leo kesal.
“LEO ANAK KESAYANGAN GAK BOLEH MALES, AYO BANTUIN MAMANYA BERSIH-BERSIH.” teriak papanya yang semakin membuat Leo kesal.
“PAPA LEO ITU GAK MALES CUMAN MAGER!!”teriak Leo dengan kesal, membuat mama dan papanya tertawa, Leo melipat kadua tangan di depan lalu mengerucutkan mimpi.
“Udah bantu ayoin mama bersih bersih, habis itu tidur besok kamu harus bangun pagi soalnya ada tamu.” mamanya pun menarik tangan Leo untuk berdiri, Leo pun hanya menurut.
“Siapa?” tanya Leo.
“Ada deh.”
“Dih nyebelin.”
Leo pun membantu mamanya untuk bersih-bersih dengan senang hati bahkan sambil bergurau sedikit.
Setelah bersih bersih mamanya menyuruh Leo untuk tidur dan lagi-lagi Leo hanya menurut, karena saya juga penasaran siapa tamunya besok. Kata mamanya sih tamunya nanti punya anak seumuran sama Leo, mamanya ngasih tau namanya, tapi Leo ya bodo amat, besok bisa tau kenapa harus buru buru?Pikir Leo.
Byurr!
Leo membuka matanya saat sebuah udara mengenai wajahnya, ia mengungkapkan kesal kepada mamanya.
“Mama, apaan sih!?” ucap Leo dengan kesal, sambil memberikan air yang ada di mukanya.
“Salah sendiri dari tadi dibangunin gak bangun.”
“Ini hari minggu ma.”
“Kamu lupa? Hari ini kedatangan tamu.” ucap mamanya.
Leo lalu bangun dari ranjang, ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi, mamanya hanya tersenyum melihat sang anak yang rajin.
“Kenapa gue ikutan repot dah?” batin Leo sambil memasuki kamar mandi.
Leo sedang duduk malas di sofa ruang tamu, dan Leo semakin malas saat tau siapa yang datang.
“Leo ajak Azka kekamar mu saja.”ucap mamanya membuat Leo membelakkan mata, tapi ia tetap mengangguk.
“Ayo Kak.” ucap Leo dengan malas
Azka berdiri dan berjalan di sebelah Leo, Leo yang kesal langsung mendorong Azka.
“Jauh jauh!”
Azka hanya menggedikkan bahu dan mengikuti Leo dari belakang, sampai lah mereka di kamar Leo, Azka sedikit kagum dengan kamar Leo, karena kamar Leo rapi dan memiliki banyak pajangan foto.
Mata Azka terfokus kan pada sebuah foto berbingkai yang dipayang di atas tempat tidur. Ya, itu adalah foto Leo saat masih kecil dengan topi terbalik berwarna biru dan tersenyum lebar.
“Kok kayak kenal ya?” batin Azka.
Leo yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Leo, menaikan alis heran. “Lihat apaan lo?”tanya Leo.
“Ini kapan lo fotonya?”
“Ngapain tanya?” tanya Leo balik, ia heran kenapa Azka tiba-tiba bertanya seperti itu.
“Gak papa, gue kayak familiar sama wajah lo.” Leo yang tadi duduk di Kasur langsung turun dan berdiri di sebelah Azka.
“Maksud lo?” tanya Leo.
Azka tidak menjawab, ia hanya melihat foto Leo dengan seksama, sampai sebuah ingatan mengenai melintas di pikiran Azka.
“Hai, siapa namamu?”
“Azka Dirgantara, kamu?”
“Aku Leo Narendra, jadi teman ku ya?”
“Baiklah aku akan menjadi temanmu.”
Azka memengangi kepalanya saat sebuah ingatan terlintas di kepalanya, Leo pun sedikit panik dan kaget nepuk bahu Azka untuk membangkitkan semangatnya itu.
“Jauhi Azka!”
“Kenapa?”
“Atau kau akan mati.”
“Yiren apa apaan kamu!?”
Mala!
“Leo!!”
“AAAKKHH.”
Azka semakin meremas kepalanya saat suara kaca dan ingatan tentang anak-anak kecil yang dipukul dengan botol kaca yang dipikirkan oleh Azka.
“Ka, Azka, Azka Dirgantara, lo kenapa!” Leo mengejutkan tubuh Azka perlahan, suara Leo pun membuat Azka berhenti memenganggi kepala dan memandangi wajah Leo. Mereka hanya diam saling memandang, tidak lebih tepatnya melamunkan sesuatu, sampai Azka memeluk erat Leo, Leo pun sadar.
“Ka, lo apaan sih tiba-tiba meluk gue.” ucap Leo sambil menangis mendorong dorong tubuh Azka.
“Kamu masih hidup!”ucap Azka, membuat Leo semakin bingung, dan semakin bingung saat Leo mendengar Azka tidak menggunakan aku kamu.
“Ka, sumpah lo apa apaan sih? Main peluk aja, ngapain juga lo ngomong gue masih hidup gue emang masih hidup ogeb!” ucap Leo saat Azka melepaskan pelukannya, Leo bisa melihat mata Azka yang menyorotkan sebuah kerinduan.
“Gue kira lo udah mati.”
“Lo bikin gue pusing Ka!” ucap Leo sambil berjalan duduk di ujung Kasur, Azka pun mengikutinya.
Mereka pun saling diam beberapa menit, Leo yang tidak nyaman memulai pembicaraan, “Btw, tadi lo kenapa mengangin kepala? Sakit kepala lo?” tanya Leo.
“Tadi gue keinget sesuatu pas masih kecil.” jawab Azka.
“Kok gimana?”
“Dia anak yang dipukul pakai botol kaca sama anak yang namanya Yiren, dan selanjutnya gak tau gimana.” ucap Azka sambil menunjuk foto masa kecil Leo.
Leo mengerutkan keningnya, mengapa Azka menyebut nama Yiren dan mengapa Azka menunjuk fotonya.
“Kenapa Yiren?” tanya Leo.
“Waktu kecil lo hampir membunuh gara-gara dia, Leo!”
“Jangan ngadi-ngadi lo Ka.”
“Sumpah gue gak ngadi-ngadi, bahkan gue ada disana ngelihat lo yang dipukul sama Yiren pake botol kaca sampek lo pingsan karena banyak darah.”
“Lo gak inget?” sambung Azka, Leo hanya bergoyang.
“Gue gak pernah inget kalo gue pernah hampir dibunuh.”
“Kalo gak percaya tanya papa mama lo deh.”
Ucapan Azka membuat Leo terdiam, apa dia benar-benar harus bertanya? Mungkin iya.

Leo berdiri di depan ruang kerja sang papa, ia menggenggam erat gelas yang berisikan kopi, mamanya menyuruh Leo mengantarkan pada sang papa, Leo dengan senang hati mengantarkan para ingin bertanya tentang ucapan Azka tadi siang.
“Ayah.”
“Masuk aja Leo.”
Leo pun masuk lalu melanjutkan kopi di meja sang papa, “Apa, Leo ingin bertanya boleh?” papanya menggangguk.
“Silahkan.”
“Apa Leo pernah membunuh waktu masih kecil?” papanya pun menghentikan kegiatannya saat Leo berucap, ia memandang wajah anaknya dengan sendu.
“Kamu sudah mengumpulkan semuanya?” tanya papanya.
“Ingat apa, papa? Ceritakan diriku saat masih kecil, yang tidak ku ingat!”
Papanya menghela napas perlahan lalu menghampiri Leo, papanya pelan pelan sang anak.
“Iyad ulu kamu hampir mati.”
“Bagaimana bisa?
“Dulu saat kamu menunggu papa dan mama bertemumu bertemu dengan anak bernama Yiren dan satunya lagi papa lupa.”
“Azka.”
“Ah iya, Azka, anak yang tadi datang kesini bersama orangtuanya. Kamu dupukul pake botol kaca sama Yiren sampai kamu hilang ingatan.”
Leo terdiam, benar-benar kata Azka jika dia hampir mati, Leo pun pergi keluar, tiba-tiba saja kepala nya pusing, untung ada mamanya yang lewat ia menangkap tubuh Leo yang hampir saja jatuh.
“Leo, kamu kenapa?” tanya mamanya.
“Aku gak papa kok ma, anterin Leo ke atas dong ma.”mamanya hanya mengganguk lalu mengantar Leo kekamarnya.
Mamanya tubuh Leo lalu mengusap pucak kepala Leo.
“Leo ingat semuanya ma.” ucap Leo yang membuat mamanya kaget.

3 TAHUN KEMUDIAN

Hari akhir pekan….
tok…. tok…. tok….
Suara ketukan pintu rumah pandangan pandangan Reynand yang sedang membersihkan rumah, ia pun berjalan menuju pintu utama untuk membuka.
“Oh Azka!?”
Ternyata yang bertamu adalah kasih dari sang anak, ya Reynand sudah tau jika Leo sudah memiliki kekasih, Reynand sangat senang saat mendengar Azka dan Leo jadian.
“Malem tante, Leo nya ada?” sapa Azka dengan eye smile nya.
“Ada kok masuk aja atau langsung kekamarnya.” ucap Reynanad sambil melebarkan pintu rumah mempersilahkan Azka untuk masuk, Azka menggangguk lalu memasuki rumah Leo dan langsung kekamar Leo.
Saat sampai di depan kamar Leo, Azka membuka kenop pintu, dan melihat Leo yang sedang memilih baju.
Dengan langkah pelan Azka mendekati Leo dan menyentuh bahunya dari belakang, membuat Leo terkejut lalu tersenyum melihat ternyata Azka yang menyentuhnya.
“Ngagetin aja sih!?” kesal Leo tapi dengan tersenyum.
“Udah lepas, gue mau ganti baju dulu.” ucap Leo lalu melepaskan tangan Azka yang berada di bahunya.
Beberapa menit kemudian Leo sudah selesai mengganti bajunya.
Azka menarik tangan Leo untuk cepat pergi.
Jam sudah menunjukan pukul Sembilan, Azka memutuskan untuk pergi ketempat yang Leo tidak tau
“Mau kemana sih, Ka!?” ucap Leo sedikit berteriak.
“Lihat aja nanti juga tau.”
Leo melirik Azka Beberapa waktu lalu melihat pandangannya kea rah lain, beberapa menit kemudian Azka menyuruh Leo menutup mata, padahal mereka masih perjalanan.
“Leo, tutup mata deh!” ucap Azka.
“Ngapain.”
“Udah tutup mata aja, sampe gue bilang buka!”
Leo hanya menurut saja ia pun mulai memejamkan mata, kemudian motor sport Azka berhenti di suatu tempat Leo masih setia menutup matanya.
Azka melepaskan lengan Leo dari pinggangnya secara perlahan, Azka membuak helmnya dan helm Leo lalu menuntun Leo yang masih memejamkan matanya.
“Cepetan buka elah, mat ague udah lengket, alias udah ngantuk.” ucap Leo.
“Sabar napa!”
Mata Leo mebulat saat melihat pemandangan di atas, sangat indah, ia baru jika ada tempat indah ini, menganga lebar sekarang, mata tertutup menikmati angina yang menerpa.
“Suka gak?”
“Banget, makasih Ka.”
Leo tersenyum sangat manis membuat Azka tidak bisa mengontrol detak jantungnya.
Azka pun mengajak Leo duduk di kursi, mereka pun duduk dikursi dengan tenanag dan damai, tiba-tiba saja Leo kepala nya di pundak Azka.
Azka saat meletakkan kekasihnya ke bahu Leo melihatnya di kepala nya dibahunya, ia meletakkan di atas kepala Leo.
“Leo, karma itu beneran ada atau enggak?” ucap Azka tiba tiba.
“Antara percaya sama enggak sih.” jawab Leo
“Gue gak percaya, karena gue cuman ngira ini memang takdir, sebenci apa pun kita kalo emang di takdirin bareng kita bisa apa, ya kan?” ucap Azka yang hanya di angguki Leo.
“Dan pada akhirnya kita beneran Bersama.”
Leo memeluk Azka dari samping. “Gue gak nyaka, kehidupan masa lalu kita ngebawa kita buat bareng sampe ke kehidupan selanjutnya.” ucap Leo.
Azka melepas pelukan Leo dan memegang pipi Leo membuat bibir Leo mengerucut lucu.
“Lo tau? Gue cintaaa banget sama lo.” Leo hanya menggangguk menganggapi perkataan Azka.
“Sekali lagi makasih udah mau nerima gue.” ucap Azka

“AKU MENCINTAIMU, Leo Narendra.”
“AKU JUGA MENCINTAIMU, Azka Dirgantara.”

-AKHIR CERITA-