Ibuku adalah seorang pedagang di pasar aku sering membantunya. Ayahku sudah meninggal dunia sejak aku masih kecil. Aku bersekolah di SMP Mentari, di sekolah aku sering di ejek oleh teman sekelas ku karna aku berasal dari keluarga miskin. Aku tidak mempunyai teman di sekolah, jam istirahat aku juga berjualan kue di kantin sekolah membantu ibuku mencari uang. Sepulang sekolah biasanya aku pergi bekerja, aku bekerja sebagai asisten rumah tangga di dekat rumahku. Menjelang malam aku pulang kerumah ibuku sudah menyiapkan makanan untuk kami makan bersama. Setelah makan aku mengerjakan pekerjaan sekolah. Aku mengerjakannya menggunakan pencahayaan dari lilin karena rumahku tidak memiliki listrik. Selesai membuat pekerjaan sekolah aku bergegas tidur. Karena takut kesiangan pergi sekolah.

                Ke esok kan harinya saat aku ingin pergi ke sekolah aku melihat ibu sedang sakit. Hati ku sangat cemas karena ibu sedang sakit, sedangkan aku harus berangkat ke sekolah.

          “Apakah aku harus berangkat sekolah dan meninggalkan ibu di rumah sendirian” kata ku sambil kebingungan, aku pun memilih untuk tidak sekolah dan merawat ibuku. Tetapi ibu tetap menyuruhku untuk pergi ke sekolah

        “Sebaiknya kamu pergi bersekolah jangan mencemas kan ibu, ibu akan baik baik saja” kata Ibu sambil batuk kecil.

              Aku pun pergi ke sekolah dengan hati yang sangat cemas karena ibuku yang sedang sakit dirumah. Tiba di sekolah ternyata bell sudah bernyanyi kencang dan semua orang sudah masuk ke kelas. Aku segera bergegas masuk ke kelas, untungnya aku masih belum terlambat. Seperti biasa aku berjualan kue di sekolah tapi hari ini jualanku sepi tidak ada satupun orang yang membelinya. Saat pulang sekolah aku pergi untuk membeli makanan dengan uang celenganku. Setelah itu aku kembali pulang kerumah untuk menemui ibuku. Sesampai di rumah aku terkejut melihat ibuku sudah tergeletak di lantai.

             Aku segera meminta tolong kepada tetangga untuk membawa ibuku ke rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata ibuku mengidap penyakit kanker paru-paru dan harus segera dilakukan tindakan operasi. Aku sangat sedih mendengar berita itu, uangku tidak cukup jika harus operasi. Aku langsung mencari pinjaman uang kepada tetangga tetapi tidak satupun orang yang ingin meminjamkannya. Aku sangat bingung harus meminjam uang kepada siapa. Aku terus berusaha meminjam uang sampai kepada orang yang tidak aku kenal tetapi masih belum ada orang yang mau meminjamkannya. Hingga matahari sudah tertidur aku pun masih belum mendapatkan uang. Akhirnya aku kembali kerumah sakit dengan rasa kecewa, aku mengatakan kepada ibuku “Maafkan aku Bu aku tidak mempunyai uang untuk melakukan operasi Ibu, aku sudah berusaha meminjam uang kepada tetangga tetapi tidak ada satupun orang yang ingin Meminjamkannya” kata ku sambil menangis tersedu sedu.

      “Tidak apa-apa Ibu juga sudah merasa baik tidak perlu dioperasi” kata Ibu sambil menenangkan anaknya. 

           Mereka pulang ke rumah. Keesokkan harinya keadaan ibuku terlihat sedikit lebih memburuk dari biasanya. Aku segera pergi untuk membeli obat di apotek, karena terlalu terburu buru aku sampai terjatuh. Kaki ku sampai berdarah, aku lalu bangun dan lanjut berlari untuk membeli obat. Sesampai di apotek aku lalu membelikan obat untuk ibuku lalu aku bergegas pulang. Sesampai di rumah aku melihat ibu sedang berbaring di tempat tidur. Aku tidak tega untuk membangunkannya dan berpikir untuk membiarkannya beristirahat sebentar. 

 

           Beberapa jam kemudian ibu tidak kunjung bangun untuk meminum obatnya aku pergi membangunkan ibu, tetapi Ibu tidak bangun. Aku goyang – goyangkan badannya sambil memanggil memanggilnya tidak terasa mataku pun sudah mulai berkaca – kaca. Badan Ibu sudah mendingin seperti es, detak jantungnya sudah tak berdetak lagi dan nafasnya sudah tidak lagi berhembus. Di situ aku menangis tak henti – hentinya karena ibu sudah tidak ada lagi untuk selamanya dan aku meminta tolong kepada tetangga untuk mengecek kondisi ibuku. Ternyata benar, Ibuku sudah meninggalkan ku untuk selamanya. Kemudian aku pun meminta tolong kepada tetanggaku untuk memandikan dan menguburkan Ibu ku. Karena itu sayangi lah ibumu seperti ia menyayangi mu sejak kecil hingga kau menjadi dewasa dan selalulah berusaha untuk membahagiakan ia selagi ia masih hidup.