Hubungan rumah toxic?

Keluarga adalah rumah bagi kita, yang terdiri dari kedua orang tua yaitu Ayah dan Ibu, kakak serta adik. Namun terkadang keharmonisan keluarga juga butuh untuk kita. Dimana kita merasakan kehangatan canda tawa yang sangat menyenangkan. Namun keharmonisan keluarga akan hancur dan tidak tercipta Ketika mengalami masalah. Bahkan juga anak yang menjadi korbanya.
Apa itu broken home? Broken home adalah bahasa gaul yang kini sedang booming. Kata tersebut merujuk pada kondisi keluarga yang kurang baik, tidak harmonis yang disebabkan dengan perselisihan berujung pada perceraian. Dilansir dari SOLOPOS.com Badan Pusat Statistik mencatat sepanjang 2013-2016 kasus talak cerai meningkat. 2013 berjumlah 324.247 kejadian, kemudian 2014 menjadi 344.247 kejadian, dan pada 2015 bertambah 347.256 kejadian. Pada 2016 mencapai 365.633 kejadian.
Anak yang mengalami broken home juga akan mendapatkan dampak buruk, seperti :
• Depresi,
• Putus asa,
• Egois,
• Keluar dari rumah.
Namun, jika hal ini teratasi mereka tidak akan mengalaminya. Dan ada kemungkinan masalah broken home di Indonesia akan berkurang. Anak yang selalu tertawa dan tersenyum terkadang mereka Ketika Kembali ke rumahnya, akan merasa murung kembali. Merasa tidak memiliki teman, takut untuk berkomunikasi dan lainnya, jika berada di lingkungan keluarga.
Pada tahun 2020 mudanews “73,7% anak Indonesia mengalami kekerasan di Rumahnya sendiri”. Jika di Indonesia saja sudah begitu banyak, lantas bagaimana yang berada di luar negeri?. Ada cara agar tidak timbul broken home :
• Saat ada masalah pada pasangan, jangan sesekali meluapkan emosi di depan anak. Karena nada bicara yang keras dan kasar membuat anak merasa ketakutan dan bisa juga trauma.
• Tidak melempar barang (piring, gelas, vas bunga dan lainnya). Suara pecahan tersebut juga menimbulkan ketakutan bagi anak. Dan ia bingung harus berlindung bagaimana jika hal ini terjadi.
• Kekerasan tangan, hal ini juga memicu anak untuk menjauhi salah satu kedua orang tuanya. Karena menganggap bahwa dia sangat keras. Dan takut untuk bertemu.
• Berusaha menyelesaikan dengan baik. Tetap terlihat biasa saja di depan anak.
• Mengalah satu dengan yang lain.
Maka, beruntunglah kalian yang memiliki keluarga yang lengkap dan harmonis. Terlihat karena perselisihan yang berujung perceraian sangat meningkat. Serta jumlah anak broken home yang sangat tidak wajar. Membuat hal ini tidak berkesudahan. Cara mengatasi yang sangat jelas, merupakan salah satu bantuan yang berdampak positif bagi masalah ini.