Pada hari Minggu yang cerah, saya sedang membuat laporan untuk tugas skripsi. Saat itu saya berada di suatu kafe yang berdinding putih, memiliki sejumlah tumbuhan, dan pencahayaan terang. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ada orang muda menghampiri saya dan berkata, “Halo, nak. Saya ingin memberikan mesin waktu ini kepadamu. Jaga baik-baik alat ini, ya.” Kemudian orang tersebut meninggalkan saya. “Cukup aneh orang ini.” ucap saya di dalam hati. Lalu saya ingin mengecek alat tersebut. Ternyata, alat tersebut seperti remote dengan tombol angka, tombol huruf, dan layar input. Saya pun tertarik untuk menggunakannya, lalu saya mengetikkan angka “2030”, kemudian menekan tombol “Enter”. Kemudian alat tersebut menyuruh saya memasukkan koordinat. Saya ingin sekali pergi ke Rusia, tapi saya tidak tahu koordinat dari negara tersebut. Jadi saya mengetikkan “Rusia” di mesin tersebut dan menekan “Enter” Alat ini ingin saya pergi ke lokasi yang sangat spesifik, jadi saya mengetikkan “Kaliningrad”. Kaliningrad adalah salah satu oblast yang berbatasan dengan Polandia, Lituania, dan Belarus. Oblast adalah sistem pemerintahan setingkat Provinsi di Rusia. Kemudian alat ini menyuruh saya untuk mengetahui kota yang ingin dimasukkan untuk tempat yang sangat spesifik. Jadi saya mengetikkan “Kaliningrad”, ibukota dari Oblast Kaliningrad. Lalu muncul konfirmasi untuk apakah mau pergi ke sana. Pilihannya: ya, batal, atau mengetikkan daerah yang lebih spesifik. Saya menekan tombol “Ya”.
Saya pun pingsan dan terbangun karena suara ledakkan dari suatu bom. Rupanya, di sana terjadi perang. Menurut saya, mungkin terjadi Perang Dunia III, dimana pasti Aliansi dari Amerika Serikat menyerang Aliansi dari Rusia. Saya kabur dan mencari hotel. Saat masuk ke suatu hotel, saya berkata kepada pemilik hotel “Pak, bolehkah saya memesan kamar untuk kami?” Tetapi pemilik hotel berkata “Maaf, kami tidak dapat memesan anda kamar karena terjadi perang disekitar hotel ini.” Saya pun keluar dari hotel tersebut. Ternyata, mesin ini dapat membuat penggunanya dapat berteleportasi. Saya membuka HP, dan mencari internet. Tetapi tidak ada akses internet, sehingga saya pergi ke arah timur untuk mencari internet. Setelah kira-kira 10 kilometer, saya menemukan jaringan internet, lalu mencari koordinat yang menurut saya menarik. Saya mengetikkan koordinat “50° 06’ 03’’ LU dan 23° 19’ 23’’BT”, lalu saya menekan tombol “Enter”. Tiba-tiba saya berada di Ukraina. Tetapi, ada yang salah. “Mengapa di daerah ini hanya bendera Rusia, bukan bendera Ukraina?” tanya saya dalam hati. “Mungkin negara Rusia sepenuhnya menganeksasi Ukraina.” jawab saya dalam hati. Saya masuk ke suatu hotel untuk memesan kamar karena saya lelah berlari untuk mencari internet tadi. Saya berkata kepada pemilik hotel sebagai berikut, “Pak, kami ingin memesan satu kamar untuk satu malam.” Orang tersebut berkata, “Harga kamarnya adalah seperti ₽500.” Tetapi saat itu Rp.1.000,- sama dengan ₽10. ₽ adalah mata uang Rusia, yaitu Rubel. Saya pun pergi ke money changer dan mengonversi uang saya dari Rp.1.000.000,- menjadi ₽100 lalu saya kembali ke hotel dan memesan kamar. Mungkin saya dapat memesan kamar karena belum terjadi perang di daerah tersebut. Saya beristirahat di sana, makan malam di suatu restoran, dan tidur pada pukul 9 malam.
Saya terbangun pada sekitar pukul tujuh tepat karena suatu alarm. Alarm tersebut bukan alarm biasa seperti alarm pada HP biasa, melainkan itu adalah EAS (EAS adalah Emergency Alarm System, yaitu alarm peringatan adanya suatu perang atau serangan. Biasanya alarm ini memiliki suara unik pada setiap negara). Saya pun segera bangun dan menyiapkan benda penting, termasuk mesin waktu saya. Saya melihat keluar dari jendela. “Benar saja, ada serangan. Ada beberapa tank dan banyak tentara siap memusnahkan kota ini.” bicara saya dalam hati. Berarti Amerika sedang menyerang kota tersebut. Saya cepat-cepat keluar, lalu berlari ke arah timur secepat mungkin. Tiba-tiba saya ditangkap oleh tentara-tentara. Saya pingsan dan terbangun di ruangan interogasi. Salah satu dari penjaga tersebut menanya kepada saya, “Apakah kamu warga negara Rusia?” Jawab saya, “Bukan, pak, saya berasal dari Indonesia, pak.” Jawab penjaga tersebut, “Tunjukkan KTP dan paspormu untuk membuktikan bahwa kamu adalah orang Indonesia.” Jawab saya, “Sa…saya tidak punya paspor, pak. Hanya KTP saya.” Penjaga itu marah dan berkata, “Mengapa kamu disini?” Untungnya, saya masih memiliki mesin waktu di kantong celana saya. Saya cepat mengetikkan “Indonesia” di alat tersebut, lalu mengetikkan “Jakarta” lalu tekan “Enter”.
Tiba-tiba saya berada di atas Sungai Ciliwung lalu tercebur. “Lho?! Mengapa sungai ini sangat bersih?” kata saya dengan kaget. Sungai Ciliwung ini bersih seperti telah dibersihkan 10 kali per hari. Rupanya, semua orang telah mematuhi semua aturan di sini, termasuk kebersihan sungai ini. Saya ditolongi oleh seseorang muda. Dia pun berkata, “Seharusnya kamu menjaga mesin waktu saya. Tetapi kamu meninggalkan kafe sebelum saya datang lagi. Aku telah menunggu kamu selama 8 tahun dan akhirnya kamu datang.” Ternyata, dia adalah orang yang saya temui di kafe. Saya memberikan mesin waktu saya kepada orang tersebut. Dia menanya “Apakah kamu telah menggunakan mesin waktu ini?” Saya menjawab, “Iya, saya menggunakannya. Dan saya menggunakannya pada tahun 2022.” Dia menjawab, “O, aku ingat itu. Pasti kamu menghilang karena kamu pergi ke waktu ini. Oke, saya akan mengirim kamu menuju Semarang pada tahun 2022.” Kemudian dia mengirim saya ke Semarang pada tahun 2022. Saya pingsan lagi dan terbangun di kafe. Tapi rasanya seperti tidak terjadi apa-apa seperti terbangun dari mimpi. Tetapi, petualangan yang saya alami sangatlah seru dan menajubkan.