Ilmuwan semakin gila melakukan eksperimennya. Eksperimen biasanya menggunakan subjek penelitian, contohnya adalah tumbuhan. Namun semakin lama para peneliti menggunakan manusia dan hewan sebagai subjek penelitiannya. Pada awalnya para peneliti melakukan eksperimen biasa, tetapi semakin lama para peneliti melakukan eksperimen yang berakhir mengerikan. Pada tahun 1954 hingga 1972, eksperimen Universe 25 atau dunia surga bagi para tikus dilakukan oleh John Calhoun. Universe 25 adalah serangkaian eksperimen yang menggunakan tikus sebagai hewan percobaannya. Tujuan utama melakukan eksperimen ini adalah untuk memenuhi kebutuhan tikus di sebuah kandang besar dan mengetahui efek sampingnya pada populasi dari waktu ke waktu. Satu-satunya hal yang akan memicu kerusuhan para tikus ialah keterbatasan ruang. Pada awalnya, Calhoun memulai eksperimen ini dengan memasukkan empat pasang tikus ke dalam sebuah kandang besar yang berisi seluruh kebutuhan tikus seperti makanan dan beberapa apartemen untuk tikus. Empat pasang tikus itu berkembang biak secara menerus hingga pada puncaknya mencapai 2.200 ekor. Namun, suatu eksperimen juga dapat mengalami kegagalan. Eksperimen yang dilakukan sebanyak 25 kali ini justru gagal dan menjadi neraka bagi para tikus. Anehnya, para tikus itu menunjukkan perilaku menyimpang jauh sebelum tikus-tikus itu dihadapkan pada keterbatasan ruang. Mulai dari hari ke 315, pertumbuhan populasi menurun.
Eksperimen ini merupakan salah satu eksperimen gila. Dibuktikan peneliti dengan lancang menciptakan eksperimen penciptaan surga. Faktanya, Calhoun melengkapi dunia tikus itu dengan segala sesuatu yang diinginkannya. Mulai dari ketersediaan makanan dan air, iklim yang sempurna, sarang yang nyaman dan 256 apartemen terpisah yang diakses melalui pipa tabung. Sadar tidak sadar, peneliti seolah-olah sedang bermain peran sebagai Tuhan yang mengatur kehidupan para tikus. Dampak negatif pun terlihat dari eksperimen ini. Berdasarkan gambar data John Calhoun mouse utopia experiment yang tersebar di internet, populasi tikus mulai menurun setelah mencapai angka 2.200 ekor. Semakin lama, para tikus itu menjadi kanibalisme. Tikus yang semula hidup bahagia layaknya di surga berubah menjadi saling membunuh dan mengerikan layaknya di neraka. Calhoun menyimpulkan bahwa alasan tikus-tikus ini berubah dari yang hidup bahagia menjadi saling membunuh adalah kepadatan populasi. Eksperimen ini juga dibuktikan aneh karena banyak sekali tikus yang saling membunuh satu sama lain yang berakibat populasi tikus pun menurun.
Maka dari pernyataan-pernyataan di atas, eksperimen ini memiliki beberapa dampak negatif. Seharusnya Calhoun memperkirakan dengan matang jumlah populasi tikus yang akan terus berkembang biak dan tidak membuat jumlah tikus itu membludak sehingga saling membunuh. Hendaknya, Calhoun dapat lebih memfokuskan diri untuk menjalani hari dengan kebaikan supaya mendapatkan tempat di surga aslinya.