Pagi ini, cuaca sangat cerah; matahari bersinar dengan terangnya, memberikan semangat baru kepada semua makhluk di bumi. 

Tapi tidak demikian halnya dengan Reno. Hari ini dia masih bermalas – malasan di atas tempat tidurnya; dia merasa tidak  bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Sang Ibu yang sedari tadi bolak – balik menyuruhnya bangun dan segera bersiap untuk berangkat sekolah tidak digubrisnya. Sarapan yang sudah disiapkan oleh Ibu pun tidak disentuhnya.

Ibu Reno merasa heran dengan sikap Reno, karena tidak biasanya Reno bersikap seperti itu.

“ Reno, kamu kenapa nak, kok tumben hari ini sikapmu aneh? Nggak biasanya kamu seperti ini ” tanya Ibu.

“ Reno lagi malas ke sekolah Bu “ jawab Reno.

“ Kenapa kok kamu malas ke sekolah nak? Biasanya kamu selalu bersemangat kalau berangkat ke sekolah “ tanya Ibu lagi.

Kali ini Reno hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Ibu. Dengan langkah yang berat, Reno pun masuk ke kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Setelah sarapan beberapa sendok, ia pun berpamitan kepada Ibunya untuk berangkat ke sekolah. Reno pun berangkat ke sekolah dengan wajah muram dan tidak bersemangat.

    Sesampainya di sekolah, Reno langsung masuk ke dalam kelas. Dia tidak memperdulikan teman – temannya yang menyapanya.

Bel tanda masukpun berbunyi. Semua murid masuk ke kelas, disusul oleh guru jam pelajaran pertama yaitu Matematika. Reno merasa semakin malas; ingin rasanya ia keluar dari kelas dan tidak mengikuti pelajaran Matematika itu.

“ Ah…malas rasanya ikut pelajaran Matematika “ gumam Reno,

“ Andai saja aku punya kemampuan untuk menghilang, pasti menyenangkan, jadi aku tidak perlu ikut pelajaran membosankan ini “ khayalan Reno.

Tiba – tiba Reno merasakan suasana yang sangat berbeda, dia seperti berada di sebuah taman yang sangat luas dengan pemandangan yang sangat indah. 

Terdapat banyak pohon dan bunga, hewan – hewan berkeliaran di sana. Tapi Reno merasa aneh, mengapa semuanya itu berbentuk angka – angka yang tersusun secara rapi dan indah, dan mereka semua bisa berbicara.

“ Tempat apa ini, kenapa semuanya tersusun dari angka – angka? tanya Reno dalam hati.

“ Dan ternyata mereka semua bisa berbicara “ gumam Reno dengan heran.

 Belum sempat hilang rasa terkejut dan heran Reno; tiba – tiba hewan angka itu berbaris dan seperti membuat suatu pertunjukan. Reno melihat pertunjukan hewan itu dengan sangat kagum. Reno mengamati dengan seksama, ternyata pertunjukan itu seperti pelajaran Matematika yang dipelajarinya di sekolah, Reno ingat betul. Saat Reno masih mengamati pertunjukan itu, tiba – tiba hewan – hewan itu mengajak Reno untuk ikut serta dalam pertunjukan mereka. Awalnya Reno merasa takut dan bimbang, tetapi  hewan itu tetap memaksa dan meminta Reno untuk ikut dalam pertunjukan mereka. Reno diminta untuk mengerjakan setiap soal dan menuliskan jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dalam pertunjukan itu. Reno pun bersemangat, karena dia merasa tertantang untuk  menjawab semua soal yang diberikan  dalam pertunjukan itu.  Reno merasa bahwa soal – soal itu sangat mudah untuk dikerjakan, tidak ada yang sulit baginya. Reno sangat lancar dalam mengerjakan soal – soal itu; dan ternyata jawabannya benar semua. Reno merasa senang sekali karena bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh hewan – hewan itu. Dalam hati, Reno berkata bahwa sesungguhnya Matematika itu tidaklah sesulit yang dia pikirkan selama ini.

Reno pun larut dalam kegembiraan bersama dengan hewan – hewan itu; dia menari, tertawa, dan bersukacita; dia merasa bahagia sekali; sampai akhirnya dia tersadar ketika ada yang menepuk bahunya. Reno terkejut ketika melihat siapa yang menepuk bahunya; ternyata adalah guru Matematikanya. Reno merasa takut sekaligus malu, karena teman – temannya menertawakan dia yang tertidur di dalam kelas. Reno tersadar bahwa dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan teman – teman hewannya di tengah – tengah jam pelajaran Matematika.

Karena tertidur dan tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan, maka Reno mendapat hukuman untuk mengerjakan soal di papan tulis. Ketika melihat soal yang ada di papan tulis, Reno jadi teringat pada mimpinya tadi; dan ternyata soal itu sama persis dengan yang ada di dalam mimpinya, dan Reno masih ingat bagaimana cara mengerjakannya. Reno pun maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal tersebut, dan ternyata jawabannya benar. Reno pun merasa senang karena dia bisa mengerjakan soal itu. 

Mulai saat itu Reno tidak takut lagi pada pelajaran Matematika, dan dia bertekad untuk selalu belajar dengan giat supaya dia bisa mengerjakan setiap soal yang diberikan gurunya. Dia juga berpikir bahwa Matematika itu ternyata menyenangkan, dan tidak sulit seperti bayangannya.

Dan hari ini pun Reno kembali bersemangat dalam mengikuti semua pelajaran di sekolahnya sampai jam pulang sekolah. 

Dalam perjalanan pulang ke rumah, Reno merasa sudah tidak ada beban lagi, dia merasa bersukacita. Dia pulang sambil bernyanyi sampai tiba di rumahnya. Ibu pun merasa heran dengan perubahan sikap Reno.

“ Reno… kamu kelihatannya sudah bersemangat lagi, tidak seperti tadi pagi yang malas – malasan dan tidak bersemangat? “ tanya Ibu.

“ Iya Bu, Reno sudah bersemangat lagi; dan untuk ke depannya Reno akan selalu bersemangat ke sekolah Bu “ jawab Reno.

“ Ooo.. baguslah kalau begitu, Ibu senang mendengarnya “ jawab Ibu lega.

“ Kalau Ibu boleh tahu, memang tadi pagi kamu kenapa Ren kok tidak semangat untuk berangkat sekolah? “ tanya Ibu penasaran.

“ Tadi pagi Reno tidak semangat karena hari ini ada pelajaran Matematika Bu..Reno malas karena Reno tidak bisa dan tidak suka Matematika “ jelas Reno.

“ Tapi sekarang Reno sudah berubah pikiran Bu..ternyata Matematika itu mudah dan menyenangkan, tidak seperti yang Reno pikirkan “ tambah Reno.

“ Ooo..syukurlah kalau begitu, Ibu senang mendengarnya. Asalkan kamu rajin belajar, Ibu yakin kamu pasti bisa Ren “ jawab Ibu senang.

“ Terimakasih Bu “ jawab Reno sambal tersenyum.

Reno pun masuk ke dalam kamarnya. Diatas meja belajarnya, Reno menulis kata – kata yang membuatnya selalu bersemangat “ MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN “ dan menempelkannya di tembok kamarnya, supaya dia bisa melihatnya setiap saat.