Pada suatu malam, anak bernama Koromi terbangun dari tidurnya dan menangis sambil berkata “Ini semua salahku,” hampir setiap malam ia terbangun dari tidurnya dan menangis. Dia tinggal di desa yang bernama Mort.

Ada alasan kenapa ia menangis setiap malam. Ia merasa bersalah karena kejadian 8 tahun Lalu, tepat saat hari ulang tahunnya yang ke empat, ayahnya ingin mengambil batu permata, yang kabarnya memiliki kekuatan gaib. Batu tersebut berada di hutan sebelah desa yang selalu berkabut. Sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi.

Paginya setelah sarapan, Koromi latihan memanah di halaman belakangnya. Koromi memang memiliki bakat memanah menurun dari ayahnya. Pada saat itu ibunya memanggil “ makanan sudah siap!” Koromi lalu cepat-cepat masuk ke rumah dan makan makanan yang sudah disiapkan ibunya. Setelah makan Koromi akhirnya mengatakan pada ibunya keinginan yang sangat ia inginkan sejak lama “ Bu… Aku ingin pergi ke hutan…” Yang dijawab dengan bentakan dari ibunya “ Koromi !! Kamu ingat apa yang terjadi 8 tahun lalu pada ayahmu ?! Kau dilarang keluar kamar sebelum kau memikirkan hal itu dengan baik !!”

Koromi masuk kamar dengan dua perasaan yang bercampur ‘benci’ dan ‘sedih’. Pada tengah malam Koromi merasakan sesuatu yang aneh, hutan yang terdapat di sebelah desa. Banyak kabut berkeluaran dari hutan dan menuju desa. Pada pagi harinya Hal yang aneh berlanjut, para penjaga desa yang pergi untuk menginvestigasi hutan tidak kunjung kembali.

Koromi mulai penasaran dengan hal yang terjadi, tentu ia tidak dapat keluar dari kamar dan kabur lewat pintu depan karena ia akan ketahuan oleh ibunya. Melainkan ia kabur lewat jendela kamar dan pergi ke arah hutan, tepat sebelum ibunya masuk dan terkejut “Aku akan menghukum Koromi dengan berat saat dia pulang lihat saja nanti” dalam hati ibunya.

Saat Koromi masuk ke dalam hutan, ia mendengar suara aneh “suara apa itu?” pikir Koromi. Suara yang Koromi dengar seperti suara dentuman batu dicampur dengan suara jeritan manusia. Hawa dalam hutan sangat dingin mendadak, lalu semakin ia masuk ke dalam hutan, semakin keras suara yang dia dengar, sampai ia mendengar suatu jeritan “TOLONG AKU”. Suara itu bergema di telinganya dan terus ada di dalam kepalanya sampai ia melihat sesuatu… Bayangan besar pada area pohon-pohon.

Batu raksasa berbentuk manusia kurang lebih 5 Jmeter terbungkus di api berwarna hitam. Sangat panas, namun tidak membakar pohon-pohon di sekitarnya. Namun hal yang lebih aneh lagi, muka pada patung batu tersebut adalah muka ayahnya…

Hal yang ia ingat setelah itu adalah ia berada di pondok kecil. Dengan seorang kakek berdiri di pinggir jendela “Jadi… Apa hal yang membawa kau kesini anak muda?” Dengan suara yang halus. “dengan suara yang bergetar, Koromi menjawab “a..aku ingin mencari ayahku” “Hmm…” gumam kakek itu. Lalu kakek itu bercerita kepada Koromi “Pada zaman dulu hutan ini adalah hutan yang damai, para binatang tinggal disini dan manusia juga mendapat bahan makanan dari sini. Namun pada suatu malam bulan di atas berwarna merah darah, pancaran sinar merah dari bulan tersebut membuat hewan di dalam hutan tersebut berperilaku aneh dan meraung-raung seperti kesakitan.”

Kakek itu melanjutkan “pada pagi harinya saya melihat hewan-hewan yang tinggal disini sudah tinggal tulang… Dan tulang itu pun meleleh menjadi cairan merah darah yang akhirnya membanjiri hutan ini selama 8 hari 7 malam. Dalam proses ada batu permata yang terletak di tengah hutan terbanjiri cairan tersebut dan memengaruhinya… Batu permata ini harusnya memberi efek perlindungan bagi pemilik nya. Namun cairan tersebut mengubah permata itu untuk mengutuk orang yang menyentuhnya batu itu… Adalah batu yang ayahmu cari”.

Tersadarkan oleh kenyataan bahwa batu yang ia lihat adalah roh ayahnya yang masih bergentayangan di hutan. Setelah itu Koromi bertanya “siapa kakek?” kakek itu Cuma tersenyum lalu menghilang seperti kakek itu tidak pernah ada.

Namun kakek itu meninggalkan sesuatu, sebuah panah dan anak panah berkilaukan cahaya emas. Koromi tahu inilah saatnya untuk membebaskan roh ayahnya, Koromi menunggu di pondok itu sampai pada malam dimana bulan berwarna merah darah. Lalu melihat makhluk ‘itu’ terus mendobrak pintu pondok dengan badan kerasnya.

Koromi pergi lewat pintu belakang lalu langsung memanah batu permata di punggungnya, hal itu melemahkan dan melambatkan pergerakan monster itu, ada tiga permata di badan makhluk ini, satu sudah Koromi panah, satu lagi ada di belakang kepalanya.

Koromi memanjat tubuh monster itu, lompat, lalu memanahnya tepat di belakang kepala. Batu yang terakhir adalah yang paling susah dipanah, bukan karena tidak bisa Koromi tidak mau karena batu tersebut berada di wajah ayahnya yang kaku menjadi batu, Koromi meneteskan air mata terakhir, dan dengan berat hati melepaskan anak panah tersebut.

Badan makhluk itu hancur lebur, kabut di hutan itu menghilang, matahari terbit bersamaan dengan teriakan tangis Koromi. Setelah itu Koromi pulang ke desa dan menjadi kepala penjaga di desa itu. Dan saat Koromi meninggal, dia menjadi legenda dan dikuburkan di hutan berkabut.

Tamat…

Cerita ini dibuat oleh

Sean Nino Susanto

SMP Maria Mediatrix

7D/24