PERI BULAN
Suatu tempat di Desa Neverley tinggalah sesorang gadis yang bernama Maura.
Maura adalah seorang gadis desa yang hidup miskin. Karena sangat miskin semua penduduk
Desa Neverley tidak peduli dengan keluarganya. Maura memiliki penyakit kulit yang aneh
diwajahnya. Sehingga, menyebabkan wajahnya menjadi kusam dan gelap Penduduk desa
sering merasa takut dan j*jik jika berpapasan dengannya. Penduduk desa menganggap bahwa
penyakit Maura bisa tertula. Maura selalu sedih sering mendapat ejekan dan hinaan dari
penduduk desa Neverley. Akhirnya, Maura ketika hendak keluar rumah selalu menutup
wajahnya dengan kain agar saat berpapasan dengan warga, mereka tidak merasa jijik.
Pada suatu malam, Maura tidur dengan nyenyak ia bermimpi bertemu dengan
Pangeran Alden. Putra Raja itu sangan terkenal dengan keramahannya, kesopanannya dan
ketampanannya. Maura sangat ingin sekali berkenalan dengan Pangeran Alden. Ia pun sering
sekali memimpikan Pangeran Alden dan selalu berangan-angan dan berhalusinasi mengobrol
dengan Pangeran Alden. Maura selalu menceritakan mimpinya kepada Ibu.
“Sudahlah, Maura!Buang jauh jauh mimpi dan angan-anganmu itu” kata Ibu Maura, ketika
melihat anaknya termangu di depan jendela kamar sembil melihat hujan diluar.
“Ibu tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu boleh bebas menyukai siapa aja, namun Ibu
tidak ingin akhirnya kamu kecewa” tutur Ibu Maura dengan lembut.
“ Sebenarnya Maura sadar bahwa mimpinya terlalu tinggi. Penduduk Desa Neverley saja takut
dan jijik bertemu Maura, apalagi pangeran Alden” dalam hati Maura.
Di suatu malam, Maura menatap jendela kamarnya dan melihat pemandangan alam
yang sangat indah. Maura belum pernah melihatnya sama sekali. Bulan bersinar sangat terang
dilangit. Cahaya bulan begitu lembut keemasan warnanya. Dilangit tampak bintang-bintang
yang berkelap kelip menghiasi langit. Malam itu sangat begitu cerah dan cantik.
“Sungguh cantik sekali” gumam Maura, matanya takjub memandang kearah Bulan. Tiba-tiba
saja Maura teringat pada sebuah dongeng tentang Dewi Bulan. Dewi Bulan itu tinggal di bulan,
ia sangat cantik sekali dan baik hati. Ia sering turun ke bumi untuk menolong orang-orang yang
kesusahan. Di desa Maura, setiap Ibu yang hamil selalu ingin mempunyai anak perempuan dan
berharap seperti Dewi Bulan yang memiliki wajah cantik dan baik hati.
Ibu menceritakan masa kecil Maura. “Dulu, ketika Maura masih kecil, wajahnya
pun secantik Dewi Bulan” tutur Ibu Maura. Maura berkata dalam hati “Aku ingin memohon
kepada Dewi Bulan agar aku bisa memiliki wajah yang cantik lagi seperti dulu. Tapi… ah mana
mungkin! Itu mustahil sekali. Kemudian Maura menutup rapat jendela kamarnya. Lalu ia
beranjak ke tempat tidur untuk tidur dengan hati yang sedih.
Maura adalah gadis yang baik, memiliki hati yang lembut dan menolong orang lain.
Suatu sore, Maura bersiap-siap pergi mengantarkan makanan untuk seorang nenek yang sedang
sakit. Meskipun rumah nenek begitu cukup jauh, Maura rela menjenguknya. Setelah sampai di
rumah nenek ia menyuapi makanan ke nenek. Nenek senang sekali dijenguk oleh cucunya dan
menceritakan masa kecil Maura. Nenek mengatakan bahwa waktu kecil Maura sangat cantik
seperti Dewi Bulan sekarang sudah besar tetap cantik. Matahari sudah terbenam tandanya
sudah menuju malam. Maura segera bergegas dan berpamitan dengan nenek. Maura pulangnya
ternyata kemalaman ditengah perjalanan ia bingung jalannya begitu gelap sekali. Entah dari
mana datangnya, tiba-tiba muncul ratusan kunang-kunang. Cahaya dari tubuh mereka begitu
terang sekali. Maura segera berjalan menuju ke rumah.
“Terimakasih kunang-kunang kalian telah menerangi jalanku!” ucap Maura dengan lega.
Ia berjalan dan terus berjalan. Namun, meski sudah cukup jauh berjalan, Maura tidak juga
sampai kerumahnya. Maura tidak juga menemukan rumahnya.
“Kurasa aku sudah tersesat” gumamnya Maura sangat panik. Ternyata para kunang-kunang
telah mengarahkannya masuk ke dalam hutan. Seketika ada yang berbicara “Jangan takut
Maura!Kami membawamu kesini, agar wajahmu bisa disembuhkan kembali” ujar seekor
kunang-kunang. Maura kaget dan berkata “Kau?Kau bisa berbicara ?” Maura menatap seekor
kunang-kunang yang paling besar. “Sebenarnya siapa kalian ini?” tutur Maura yang masih
bingung.
“Kami telah di utus oleh Dewi Bulan untuk menyembuhkan wajahmu Maura” ujar kunang-kunang itu. Maura akhirnya menepi di danau. Para kunang-kunang berterbangan menuju ke
langit. Sekejap kunang-kunang itu menghilang, perlahan-lahan awan hitam dilangit menyibak.
Kemudian keluarlah sinar bulan purnama yang terang benderang.
“Indah sekali” Maura takjub. Keadaan di sekitar danau menjadi terang. Maura mengatami
bayang-bayangan bulan di atas air danau. Bayangan bulan purnama itu begitu bulat sempurna.
Tiba-tiba bayangan bulan purnama tersebut berubah menjadi bayangan wanita yang sangat
cantik dengan mengenakan jubah berwarna emas. Dengan perasaan cemas dan takut, Maura
bertanya kepada wanita tersebut.
“Wahai wanita cantik, siapakah engkau?” tanya Maura kepada wanita itu.
“Aku adalah Dewi Bulan yang membantumu untuk mengubah wajahmu yang buruk menjadi
cantik kembali.” Jawab Dewi Bulan. Mendengar jawaban itu Maura sangat Bahagia karena
bisa bertemu dengan Dewi Bulan.
“Kau adalah wanita yang sangat baik hati dan sabar. Meski kau telah menerima hinaan dari
orang banyak tapi kau tidak pernah membalas perlakukan mereka. Aku akan mengubah
wajahmu menjadi cantik sebagai imbalan atas kesabaranmu selama ini” jelas Dewi Bulan.
Dewi Bulan akhirnya memberikan air kepada Maura. Lalu Dewi Bulan berkata “Basuhlah
wajahmu menggunakan air ini maka, wajahmu akan berubah menjadi cantik jelita”.
“Terimakasih sekali Dewi Bulan” ucap Maura kepada Dewi Bulan.
Perlahan tubuh Dewi Bulan dari cahaya pun menghilang. Karena Maura penasaran dengan air
yang di berikan oleh Dewi Bulan, Maura pun langsung mencuci muka nya menggunakan air
itu. Setelah Maura mencuci muka nya pun ia langsung mengeringkan wajahnya dengan handuk
bersih. Lalu ia melihat ke kaca yang berada di depan nya, tapi aneh nya wajah nya tidak ada
perubahan “apakah Dewi Bulan berbohong?” jelas Maura, karena ia merasa lelah ia pun tidur,
jam pun sudah menunjukan pukul tengah malam.
*Keesokan hari nya*
“Hoamm” ia menguap, tanpa ia sadari di saat itu wajahnya sudah berubah menjadi cantik
seperti yang di ucapkan oleh Dewi Bulan sendiri. Setelah itu pun dia mandi, tetapi ia tidak
melihat kecermin. Sehabisnya ia mandi ia keluar rumah untuk pergi ke pasar dengan wajah
yang berbeda dengan sebelumnya. Ia heran mengapa semua mata menuju ke arahnya dan
menatapnya. Di saat itu ia belum sadar bahwa wajahnya sudah berubah jauh lebih cantik dari
sebelumnya. Di saat ia berbelanja ada nenek-nenek yang meminta uang kepadanya untuk
membeli makanan. Karna ia kasihan kepada nenek-nenek itu, ia pun memberikan nya “ini ya
nek maaf tidak banyak” jelas Maura, nenek itu berkata “Terimakasih ya nak, jarang perempuan
cantik sepertimu mau berbicara dengan ku”. Maura pun langsung bingung dengan perktaan
nenek itu tadi, akhirnya ia mencari kaca untuk bercermin, ia pun kaget dengan wajahnya yang
sekarang yang cantik. Tetiba ada undangan dari kerajaan bagi para gadis di Desa Neverley
untuk berdansa di kerajaan nanti malam. Maura pun bergegas pulang kerumahnya untuk
memilih gaun untuk berdansa di kerajaan.
Akan tetapi saat mencari gaun pesta, ia hanya mendapatkan gaun yang telah usang. Maura
berpikir apa yang harus dikenakannya, maura bertanya kepada ibunya “ Ibu, apa yang harus
aku pakai saat pesta dansa nanti?”, “coba kita cari di lemari ibu ya.” Jawab ibu Maura.“Pakai
gaun ibu warna putih ini saja ya nak. Mekipun ini milik ibu yang sudah lama tapi masih terlihat
bagus, “kamu pasti akan terlihat cantik sekali dengan baju baju ini.” Kata ibu
“Baiklah ibu akan saya pakai gaun putih ini, terima kasih bu!” Maura tampak lega dan senang
karena sudah mendapatkan pakaian untuk pesta dansa nya nanti malam.
*Sesampainya di kerajaan*
“Wah Kerajaan ini besar sekali, indah juga” jelas Maura. “Apakah dansa akan segera di mulai?”
sebuah iringan music pun sudah terdengar tapi pangeran Alden belu terlihat. Selang beberapa
menit datang lah pangeran Alden yang Turun dari tangga. “Apakah itu pangeran Aalden?” jelas
Maura. Dansa pun dimulai, pangeran mulai memilih pasangan. Langkah demi Langkah
pangeran Alden mendekati Maura. Maura yang melihat pangeran Alden mengambil Langkah
demi langjah untuk mendekatinya pun kaget. Tangan Maura pun di Tarik oleh pangeran Alden
“siapa nama mu nona?” jelas pangeran Alden, tentu pasti Maura kaget dan menjawab “nama
ku Maura pangeran” “panggil Alden aja” jelas pangeran Alden. “i-iya Alden..” jelas Maura.
“apakah Maura ingin berdansa?” jelas pangeran Alden, “iyaa” jelas Maura. Mereka pun
berakhir berdansa Bersama.
SELESAI