Seorang gadis cilik berjalan mengitari sebuah labirin luas. Gadis itu memiliki rambut hitam legam yang lurus serta bola mata berwarna ungu menyala, namanya Elisya. Ia ditemani seorang lelaki tua.

 “Aku seorang pemandu labirin ini. Jangan khawatir anak muda.” Ucap lelaki tua itu.

 Elisya sedikit ragu. Tetapi, Ia mau bagaimana lagi? Hanya ada dirinya dan lelaki tua itu. Lelaki tua itu bernama Eugene. Eugene memimpin Elisya menuju akhir labirin tersebut.

“Kek, apakah benar ini jalannya? Rasanya kita berkali-kali melewati jalan yang sama.” Tanya Elisya.

Eugene tidak menjawab. Ia hanya diam saja sembari memandang kedepan dengan tatapan kosong. Elisya hanya membiarkan hal itu.

Tak lama, Ia hampir tersandung karna ikatan tali sepatunya lepas. Ia membungkuk sembari mengikat kembali tali sepatunya. Elisya merasakan sesuatu yang aneh. Ia melirik lingkungan sekitarnya. Awalnya Ia merasa bahwa itu halusinasinya karena Ia kelelahan. Ia dan Eugene kembali melanjutkan perjalanannya.

20 menit sudah mereka berjalan. Elisya sadar, bahwa Eugene tidak memiliki kaki. Ia mendongak dan menatap mata Eugene layaknya mengatakan “bisa kau menjelaskan ini?”. Eugene terkekeh.

“ Kau sudah sadar anak muda? Huftt syukurlah. Aku tak perlu berpura-pura lagi. Kau tau? Ini sudah menjadi tugasku untuk merasuki dirimu. Sekarang, ucapkan selamat tinggal kepada Jiwa mu” Ucap Iblis itu.

Iblis itu mulai mengambil alih tubuh Elisya. Elisya ingin mengambil alih tubuhnya kembali. Tapi apa dayanya? Iblis itu jauh lebih kuat dari dirinya. Lucifer, sang Iblis, mulai membuat ulah dengan tubuh Elisya. Elisya menangis sejadi-jadinya guna melampiaskan emosinya.

Setelah membuang mayat itu, Lucifer membiarkan Elisya mengambil alih tubuhnya. Setelah itu, Elisya menangis melihat mayat yang dibuang Iblis didalam tubuhnya. Polisi datang. Mereka melihat air mata Elisya mengalir deras. Mereka kira bahwa Elisya merupakan keluarga korban, maka dari itu mereka mewawancarai Elisya.

Elisya menjawab seadanya. Polisi yang ditugaskan segera mencatat jawaban Elisya. Tak ada yang aneh dari awal wawancara sampai sekarang. Sampai akhirnya, Elisya terkekeh sembari berkata dengan suara berat.

“Kau mempercayai gadis cilik ini? Cih, sudah kau pastikan bahwa tak ada bukti yang menunjukkan dia bersalah?” Tanya Lucifer.

“A-Apa maksutmu? Kami mempercayaimu, Nak. Dan juga, kenapa suaramu tiba-tiba berubah? Seperti lelaki tua.” Ucap Polisi itu tergagap.

Lucifer terkekeh dan menyeringai. Ia hanya melambaikan tangannya dan Elisya kembali.

Sungguh, Ia bersyukur karna Lucifer tidak melakukan apa-apa. Polisi itu terkejut. Ia bertanya kepada Elisya “siapa yang tadi berbicara denganku jika itu bukan kamu, Nak?”. Elisya hanya diam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Hari-hari berlalu seperti biasa tanpa kekacauan yang dibuat Lucifer. Pergi ke sekolah seperti biasa, bermain dengan temannya seperti biasa, berjalan -jalan setelah pulang sekolah dengan ketenangan seperti hidupnya yang lama. Sungguh menenangkan bagi Elisya.

Lucifer bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun. Elisya bingung tetapi Ia menghiraukan itu. Ia senang hidupnya kembali seperti biasa. Sekarang, ia sedang berjalan kaki menuju rumahnya. Ia melewati sebuah pet shop yang ramai. Seekor anak anjing jenis Malamute Alaska terpampang jelas dibalik jendela besar nan mewah itu. Ia ingin membelinya tetapi Ia tidak membawa uang.

Ia berjalan melewati pet shop itu dan kembali melanjutkan perjalanannya. Ia berjalan cukup lama, hal itu dikarenakan jarak rumah dan sekolahnya yang jauh. Jika berjalan kaki, membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai.

Ia membuka pintu rumahnya dan berkata “Aku pulang, Yah.” Namun, orang yang dipanggil tidak segera menunjukkan batang hidungnya. Elisya berpikir bahwa Ayahnya belum pulang.

Dengan lesu, Ia melepas sepatunya lalu berjalan menuju kamarnya. Ia harus belajar untuk penilaian esok hari. Saat ingin mengambil buku pelajaran di rak bukunya, salah satu buku bersinar. Cahayanya sangat terang.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Elisya mengambil buku tersebut. Buku itu terbuka dengan sendirinya. Yang Ia dapati saat membaca salah satu halaman buku itu adalah.. Lucifer.

Disana tertulis bahwa Lucifer merupakan Iblis yang dulunya seorang malaikat tetapi karena Ia melakukan kesalahan besar, Tuhan mengirim dirinya menuju Neraka. Ia terjebak ditubuh seorang Manusia bernama Eugene.

Tak ada cara untuk mengusirnya. Cukup menyedihkan, pikirnya. Di pertengahan acara membacanya, buku itu kembali membuka salah satu halaman dengan sendirinya. Disitu terpampang jelas foto Lucifer dengan perawakan aslinya.

“Mengerikan” Gumamnya.

Ia kembali membaca buku itu. Ia membaca setiap halaman yang ada sampai Ia membaca satu halaman yang unik baginya. “Membangkitkan orang meninggal” itu judulnya. Ia membaca itu dengan penuh ketelitian. Setelah selesai membaca, Ia menutup buku itu dan mengembalikannya ke tempat buku itu berada sebelumnya. Dengan keseriusan tinggi, Elisya mempraktikkan ritual itu. Setelah selesai, Ia segera membacakan mantra aneh didepan lingkaran besar yang terlihat menyeramkan.

Lingkaran itu bersinar. Cahayanya berwarna merah darah. Ibu Elisya terbaring diatas lingkaran tersebut. Elisya sangat bahagia. Ia segera membangunkan Ibunya dan memeluknya sangat erat. Ibunya tersenyum dan memeluk Elisya. Ia bercerita kepada Ibunya bahwa Ia dirasuki Iblis. Ibu Elisya awalnya tidak percaya.

Tiba-tiba Lucifer muncul. Mengatakan “Hai Nyonya. Perkenalkan aku Lucifer. Iblis yang merasuki putri kecilmu ini. Hahahaha, maaf karna aku sudah membunuhmu. Aku sedang bercanda, Nyonya”. Ibu Elisya tidak mengatakan sepatah kata. Tatapannya bisa menjelaskan semuanya. Ia terkejut. Bagaimana tidak? Iblis yang selama ini Ia percaya tidak ada didunia ini, dalam sekejap bisa merasuki putri kecilnya.

Ibu Elisya, Raven langsung mengajak Elisya menuju gereja St. Paulus. Setelah sampai, Raven segera menceritakan hal yang menimpa anaknya ke Romo Michael. Raven meminta Romo Michael melakukan ritual pengusiran Iblis secepatnya. Romo Michael berkata bahwa pengusiran Iblis tidak semudah itu. Membutuhkan waktu sekitar 1-2 Minggu. Raven bertanya “apakah tidak bisa dipercepat? Aku takut anakku melakukan tindakan kriminal karena ulah Iblis itu”. Romo Michael mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu. Sebelum Ia melakukan ritual itu, Romo Michael bertanya “Siapa nama Iblis itu?” Raven menjawab “Lucifer. Ia berkata bahwa Ia mengendalikan tubuh anakku dan membunuh diriku”. Romo Michael menghela nafas. Lagi-lagi Iblis itu membuat masalah. Tak dapat dihitung dengan jari lagi. Sudah ratusan kali Ia menjumpai Iblis ini.

Tanpa basa-basi, Ia memulai ritual ini. Ia membacakan doa khusus untuk mengusir Iblis tersebut. Percobaan pertama tidak berhasil. Dilanjutkan dengan percobaan kedua sampai percobaan ke-empat. Keempat percobaan tersebut memakan waktu sekitar 6-7 hari. Melelahkan, namun Romo Michael tidak menyerah. Percobaan demi percobaan dilakukan. Sampai akhirnya, Lucifer berhasil keluar dari tubuh Elisya. Raven merasa lega. Putri kecilnya kembali seperti biasa tanpa sikap aneh.

Romo Michael mengunci Lucifer disuatu tempat. Dimana para manusia tidak dapat melihatnya. Ia lakukan semua hal itu supaya tidak ada yang celaka lagi. Cukup Elisya yang menjadi korban terakhirnya.

Tahun demi tahun Elisya dan Raven lewati. Ayahnya yang Elisya kira belum pulang ternyata meninggal dunia sebab kecelakaan tragis yang menimpa Ayahnya. Sekarang, Ia tinggal di Inggris. Ia menekuni dunia sihir di Carvandele, sekolah sihir terkenal di Inggris. Ia memiliki banyak teman. Temannya berasal dari berbagai negara. Ada yang merupakan penduduk asli Amerika Serikat, ada yang dari Jerman, Canada, Thailand, bahkan Singapore.

Di Carvandele, Ia terkenal dengan panggilan “Murid Teladan”. Nilai yang sangat memuaskan, Postur Tubuh yang bagus, bahkan wajahnya yang rupawan. Hidupnya sangat berbeda setelah Lucifer meninggalkan tubuhnya. Ia hidup dengan kebahagiaan.

“Huftt Hey, Elisya. Apakah kamu tidak merasa lelah? Mereka memberikan tugas yang banyak. Apalagi Bu Smith. Kita tidak dapat menghitung tugas yang Ia beri dalam jangka waktu singkat.” Ucap Evelyn. Gadis asal Jerman ini tidak menyukai guru bernama Lia Smith. Elisya hanya tertawa kecil. Tak lama, ada pemberi tahuan yang ditujukan untuk semua orang.

“Selamat Siang Anak-Anak. Dimohon untuk keluar dari wilayah sekolah ini secepatnya! Seekor Kerberos mengamuk di gedung utama. Kerberos ini menuju Gedung B dan dilanjutkan dengan Gedung C. Sekian terimakasih!”

Semua panik. Mereka berlari ke luar gedung guna menyelamatkan diri. Evelyne dan Elisya tenggelam dilautan manusia ini. Mereka tersesat. Elisya tidak memahami ruangan ini. Saat mereka pertama kali masuk, tidak ada ruangan seperti ini. Ia rasa.. Ini ruangan tersembunyi. Mereka berjalan bersama-sama dengan bantuan tongkat sihir Elisya. Mereka melihat seekor anjing dengan perawakan besar. Mereka berjalan mendekat sebab rasa perasaan yang ada. Mereka mencoba menaiki anjing itu dan hal itu membuat sang anjing terbangun. Anjing itu ternyata.. Kerberos mengamuk yang tadi diumumkan. Evelyn ketakutan. Ia menggenggam tangan Elisya guna menyalurkan rasa takutnya.

Elisya mencoba untuk mengontrol Kerberos itu. Sayangnya itu tidak berhasil. Ia tetap mencoba walaupun gagal. Pada akhirnya, Kerberos itu berhasil ditenangkan. Kerberos itu diikat dengan rantai besi yang tergeletak di Lantai. Mereka mencari jalan keluar. Setelah mereka menemukannya, mereka segera mencari teman-teman mereka. Mereka semua bahagia karena Elisya dan Evelyn selamat.

Mereka jalani hari mereka seperti biasa. Tanpa ada masalah yang mengganggu hidup mereka yang damai. Walau terkadang mereka bertengkar, mereka tetap bersahabat. Hingga tiba dimana Evelyn mengkhianati mereka. Evelyn bersekutu dengan Voldemort, Raja Kegelapan disana. Carvandele terletak didekat hutan gelap yang menyeramkan. Di sana lah Voldemort dan kawan-kawannya tinggal. Evelyn bersekutu dengan Voldemort sejak Ia berusia 17 tahun.

Penghianatan itu membuat teman-temannya murka, terkecuali Elisya. Gadis dengan hati yang baik itu menerima penghianatan itu.

‘Evelyn pasti memiliki alasan’ pikirnya.

Mereka semua mencoba untuk menerima tetapi tidak bisa. Mengingat betapa indahnya memori yang sudah mereka buat selama bertahun-tahun. Hari dimana mereka bercanda dan tertawa bersama. Dimana mereka bertengkar karena hal kecil, dan dimana mereka melewati kesulitan yang dialami. Sungguh indah jika diingat kembali bagi mereka.

Evelyn merasa tak enak hati. Ia meminta maaf kepada teman-temannya dan menjelaskan apa alasannya. Setelah mendengarkan penjelasannya, mereka semua mengerti. Evelyn menanyakan apakah mereka mau ikut berpartisipasi dalam rencana tersebut atau tidak, mereka menyetujui hal tersebut. Voldemort tersenyum sebab rencana yang Ia susun akan berhasil.

6 Bulan Kemudian..

Rencana Voldemort berhasil. Carvandele mulai membongkar satu persatu rahasia yang mereka simpan. Itu yang mereka harapkan sejak 6 Bulan yang lalu. Kehidupan berjalan dengan lancar. Menemukan pasangan hidupnya. Lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, dan menikahi pasangan yang mereka miliki. Menjalani hidup yang aman dan damai serta dikaruniai seorang putra atau putri pertamanya.